Anwar Nasution: Ikhlaskan Saja Utang Yunani

Masyarakat Yunani hanya bisa menarik uang dari perbankan sebanyak 20 Euro per hari.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 09 Jul 2015, 09:51 WIB
Seorang pendukung mengangkat tangan tanda kemenangan disamping bendera Yunani atas parlemen di Athena, Yunani (6/7/2015). Parlemen Eropa Heald sidang paripurna pada tanggal 7 Juli pada konsekuensi dari hasil referendum Yunani. (REUTERS/Yannis Behrakis)

Liputan6.com, Jakarta - International Moneter Fund (IMF) menegaskan Yunani gagal bayar utang yang jatuh tempo pada 30 Juni 2015 lalu. Negara ini harus menanggung kebangkrutan karena sebagian besar rakyatnya menolak dana talangan. Apa yang harus dilakukan para kreditor atas utang-utang Yunani?

Guru Besar Ilmu Ekonomi Universitas Indonesia, Anwar Nasution mengimbau agar para kreditor dapat merelakan utang ‎Yunani. Pasalnya, dia menganggap bahwa Negeri Para Dewa ini tidak akan sanggup lagi membayar utang tersebut.

"Solusinya diampuni saja utangnya. Ikhlaskan, anggap sedekah. Karena sampai kiamat pun dia (Yunani) tidak akan sanggup bayar utang-utangnya," terang dia saat berbincang dengan Liputan6.com, Jakarta, Kamis (9/7/2015).

‎Anwar menambahkan, Yunani selama ini hidup dalam kondisi besar pasak daripada tiang, artinya besar pengeluaran dibanding pemasukan. "Kerjanya pinjam uang mulu dari luar negeri, sama kayak Indonesia. Mau menyelenggarakan Olimpiade saja, jualan obligasi," ujar Mantan Deputi Gubernur BI itu.

Paska gagal bayar utang, dijelaskan Anwar, seluruh perbankan di Yunani pasti akan tutup. Masyarakat hanya bisa menarik uang dari perbankan sebanyak 20 Euro per hari.

Katanya, dengan uang tersebut, tidak akan cukup untuk membeli satu porsi makan di negara itu. "Mau beli makan satu porsi saja tidak cukup pakai uang segitu. Apalagi untuk orang tua jompo, kasihan mereka," terangnya.

Lanjutnya, Yunani pun tidak akan mampu lagi impor barang maupun pangan. Kebangkrutan ini pun diakui dia, akan membuat dunia usaha mati total karena tidak bisa melakukan transaksi ke luar negeri. "Dunia usaha mati total, turis tidak ada yang mau datang, karena tidak bisa bayar hotel lantaran tidak bisa ambil uang. Itulah yang terjadi," papar Anwar.

Dilema pun menghinggapi Yunani. Pasalnya, sambung dia, keluar dari zona Euro pun, Negara itu akan lebih sengsara. Yunani, tambahnya, bukanlah negara pengekspor segala produk ataupun komoditas.

"Keluar dari Euro, Yunani akan lebih mati. Karena dia bukan kayak kita, akibat krisis 1997 ada devaluasi mata uang rupiah dari Rp 2.500 ke Rp 13.000 per dolar AS, ekspor kita meningkat. Orang Sulawesi jadi kaya raya karena ekspor coklat, orang Sumatera kaya karena ekspor sawit. Tapi Yunani tidak ada yang mau diekspor, industrinya cuma turis, tanam kapas dan minyak zaitun. Apanya yang mau diekspor," ketus dia. (Fik/Gdn)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya