Liputan6.com, Jakarta - Dugaan dua warga Indonesia yang berprofesi sebagai pilot bergabung di kelompok Negara Islam atau ISIS menuai komentar Panglima TNI Jenderal Moeldoko. Sebab, isu yang berembus yaitu salah satu dari pilot tersebut adalah anggota TNI.
Meski kabarnya masih simpang siur, Moeldoko mengimbau prajuritnya agar tidak terpengaruh paham ISIS.
"Saya baru baca tadi, di setiap kesempatan saya juga selalu sampaikan ke unsur komando, jangan sampai terjadi prajurit di di-brain wash (dicuci otak paham ISIS)," ucap Moeldoko usai menghadiri acara buka puasa bersama 3.000 anak yatim piatu di Gelanggang Olahraga Ahmad Yani, Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Kamis 9 Juli 2015.
Ia pun menuturkan, jika terbukti salah satu dari pilot yang berlatar belakang TNI itu terbukti bergabung dengan ISIS, hal tersebut bukanlah bentuk kelengahan TNI. Karena terduga pilot ISIS itu sudah pensiun sebagai prajurit.
"Tidak (kecolongan). Itu bukan lagi anggota (TNI)," tandas Moeldoko.
Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Laut (Kadispenal) Laksamana Pertama Muhammad Zainudin sebelumnya membeberkan bahwa pilot pensiunan TNI berinisial TH yang diduga bergabung dengan ISIS berasal dari matranya.
Alumni Dikcapa
TH disebutkan sebagai lulusan Sekolah Penerbangan D-3 Curug, Tangerang, Banten tahun 1999. Dan melanjutkan pendidikan di Sekolah Pendidikan Calon Perwira (Dikcapa) hingga tahun 2002.
"TH merupakan alumni Dikcapa angkatan ke-31 dan lulus tahun 2002, ia berpangkat letnan dua (letda) saat itu. Lalu ia naik pangkat menjadi kapten (pada) Oktober 2010 dan pensiun sebulan setelah naik pangkat," jelas Zainudin ketika dihubungi, Kamis malam.
Berdasarkan data personel di Angkatan Laut, TH merupakan warga Puri Surya Athena Blok 17 Nomor 8, RT 03 RW 012, Gedangan, Sidoarjo. Sebelum pensiun dini, TH bertugas di Skuardron 200 Juanda, Surabaya, Jawa Timur.
"Intinya memang dia bekas personel TNI AL. Tapi karena sudah pensiun, itu bukan tanggung jawab TNI AL lagi. Setelah pensiun, dia (TH) bekerja di Premi Air," kata Zainudin.
Zainudin mengatakan keterlibatan TH dalam kelompok radikal ISIS tidak bisa lagi dikaitkan dengan TNI, karena ia diduga bergabung usai mengundurkan diri dari Korps Angkatan Laut.
Advertisement
Menurut dokumen milik AFP, TH disebutkan memiliki nama terbaru Abu Alfatih Hendratno. Lulusan Jeanne d'Arc Navy Officer Training College tahun 2005. Ia dikabarkan sempat bekerja di beberapa maskapai lokal dan terakhir bergabung di Premiair, perusahan pesawat carteran.
Norman Sukardi, manajer keamanan Premiair merespons surat dari The Intercept mengatakan bahwa benar TH pernah bekerja di Premiair, namun sudah keluar sejak 1 Juni.
Selama bergabung, TH tidak punya masalah apa pun mengenai pekerjaannya. Perusahaan tersebut pernah dikonfirmasi oleh pihak keamanan mengenai keterlibatan TH dalam ISIS.
AFP saat dikonfirmasi oleh Sydney Morning Herald mengatakan, "AFP tidak akan berkomentar apa pun untuk masalah intelijen. AFP mempunyai hubungan yang baik dan kuat untuk keamanan dalam negeri maupun luar negeri." AFP juga tidak berkomentar lebih lanjut apakah laporan dokumen tersebut asli atau tidak.
>> Pilot Kedua >>
Pilot Kedua
Pilot Kedua
Kepolisian Australia atau Australian Federal Police (AFP) dalam dokumennya mengatakan, ada 2 pilot Indonesia yang diduga membelot ke ISIS dan kemungkinan mengancam kepentingan internasional.
Dokumen milik AFP tersebut bocor dan disebarkan secara online. Menurut dokumen itu, seorang pilot di antaranya melakukan perjalanan ke Australia --di antara tugas terbangnya ke luar negeri, dan berfoto di depan Opera House. Lalu, potret tersebut diposting di Facebook-nya Agustus 2014 lalu.
Pilot kedua dilaporkan adalah mantan pilot Air Asia Indonesia yang menikah dengan pramugari dari perusahaan yang sama. Ia diklaim tinggal di Raqqa, timur Suriah. Dalam dokumen tersebut, dikatakan, dia mem-posting gambar-gambar saat ISIS melakukan eksekusi dan pemenggalan.
Kedua pilot tersebut belakangan diketahui berinisial RA dan TH. Namun, TH mengeluarkan bantahan lewat akun Facebook-nya, ia menolak dikaitkan dengan ISIS.
TH juga menyesalkan tidak adanya konfirmasi kepada dirinya saat berita tersebut diturunkan. Selain itu, ia mempertanyakan keabsahan dari analisis dokumen tersebut. "Apakah dengan hanya memberikan 'like' pada status seseorang menjadikan kita serupa dengan mereka?" kata dia.
Sementara RA, juga melalui akun Facebook, disebutkan mendokumentasikan training dan kariernya termasuk perjalanannya ke kantor Airbus di Toulouse, Prancis dengan tim AirAsia pada tahun 2009. RA disebutkan lulus dari AirAsia Academy pada Januari 2010 dan berkarier di sana, terbang ke rute internasional seperti Hong Kong dan Singapura.
Namun, perubahan terjadi September 2014, postingan fotonya berganti dengan postingan dukungan ISIS, termasuk mem-posting foto-foto orang Indonesia yang bergabung dengan organisasi teror itu di Suriah. RA pun mengganti profil namanya dan menunjukkan keinginannya untuk bergabung dalam perang di Kobani.
Saat RA terindikasi bergabung dengan ISIS di Suriah, ia tersambung dengan pilot Indonesia lainnya yang juga tertarik dengan organisasi serupa, yaitu TH.
Pertengahan Maret 2015 RA mengubah lokasinya dari Indonesia ke Raqqa, Suriah. Dokumen tersebut juga menuliskan bahwa kedua pilot tersebut dapat mengancam keamanan internasional.
"Pilot dan kru yang mempunyai akses ke dan seputar jalur penerbangan jelas membawa ancaman apabila orang-orang ini telah dicuci otak menjadi radikal. Akses dan pengetahuan mereka tentang keamanan telah terbukti membahayakan, berdasarkan pengalaman sebelumnya."
Juru bicara AirAsia, Aundrey Petrini, hanya mengatakan kepada The Intercept, "Untuk dapat dimengerti bahwa RA dan DSC (pramugari) tidak lagi menjadi karyawan AirAsia Indonesia. "Lebih lanjut lagi, kami tidak bisa komentar terkait mereka sebagai pribadi."
Namun, AirAsia tidak bisa menunjukkan berapa lama mereka bekerja dan rute apa saja yang telah mereka lalui.
Saat ini akun RA telah dihapus dari Facebook, sementara akun DSC--istri RA--dan TH tidak merespons pesan baik dari SMH maupun dari The Intercept.
Warga Bogor
Dua pilot WNI yang diduga menjadi anggota ISIS merupakan warga Bogor, Jawa Barat dan sudah diketahui alamatnya.
"Warga Bogor, dia perumahannya di daerah sana," ucap Menko Polhukam Tedjo Edhy Purdijatno saat ditemui di Pendopo Kawasan Pusat Pemerintahan Provinsi Banten (KP3B), Kota Serang, Kamis 9 Juli 2015.
Meski alamatnya telah dikantongi, Tedjo enggan memerinci alamat jelasnya. Ia hanya menyatakan bahwa segala gerak-gerik kedua pilot terduga ISIS dalam pemantauan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).
Tedjo menilai, kedua pilot terduga ISIS yang bernama Ridwan Agustin dan Tomi Hendratno, secara aktif mendukung gerakan radikal tersebut melalui media sosial.
"Saya enggak tahu sudah berapa lamanya (gabung dengan ISIS). Dia terindikasi memberikan support-support, masukan-masukan kepada ISIS melalui media sosial," tegas dia.
>> Mantan TNI AL >>
Advertisement
Mantan TNI AL
Mantan TNI AL
Kedua orang terduga ISIS tersebut telah pensiun dari TNI AL semenjak tahun 2010. TH yang merupakan salah satu perwira penerbang telah mengganti namanya menjadi Abu Alfatih.
"Ada dua orang pilot yang terpengaruh ISIS. Setelah saya cek ke BIN, kedua nya merupakan mantan penerbang TNI AL," kata Menko Polhukam.
Guna memastikan lebih lanjut, kini ia terus melakukan penyelidikan mengenai identitas dan keterlibatan keduanya di dalam organisasi yang menuntut berdirinya negara Islam tersebut.
"Tapi masih terus saya cek. Tapi memang keduanya sudah dipecat (dari TNI AL)," tegas Menteri Tedjo.
Target BNPT
Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) telah mengawasi kedua orang WNI yang menjadi pilot dan diduga bergabung dengan ISIS sejak lama.
"Sudah dalam pantauan Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT) dalam beberapa bulan lalu," kata Menko Polhukam Tedjo Edhy Purdijatno di Kota Serang, Banten, Kamis 9 Juli 2015.
Tak mau paham ISIS menyebar luas di Indonesia, BNPT terus memantau gerak-gerik kedua pilot tersebut. "Masih dipantau terus, dia masih di Indonesia," pungkas Menteri Tedjo.
Saat dikonfirmasi, juru bicara Kementerian Luar Negeri, Arrmanatha Nasir, kepada Liputan6.com mengatakan, sejauh ini Indonesia sudah mendengar informasi tersebut.
"Informasi 2 pilot yang diduga bergabung ke ISIS sudah kami dengar. Kami sudah minta informasi lebih dari pihak keamanan Indonesia. Ini kan (laporan) dari luar. Jadi kita harus berinisiatif apa yang mereka tahu tentang isu ini."
Lebih jauh, Arrmanatha mengatakan bahwa laporan ini sulit diverifikasi. "Ini mirip kasusnya seperti polisi di Jambi yang disebut gabung ISIS. Tapi sekali lagi, kami sudah minta laporan dari pihak keamanan tentang apa yang mereka ketahui, termasuk di mana sekarang mereka berada." (Ans/Tnt)