Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham China yang sempat terkoreksi cukup dalam hingga 30 persen dianggap hanya bersifat sementara. Kondisi tersebut sama sekali tidak dikhawatirkan pemerintah Indonesia, seperti krisis Yunani.
Menteri Keuangan (Menkeu), Bambang Brodjonegoro kembali menegaskan krisis Yunani tidak berdampak signifikan terhadap ekonomi Indonesia. "Yunani pengaruhnya ke kita kecil sekali, hampir tidak ada," ujar dia saat di kantornya, Jakarta, Jumat (10/7/2015).
Advertisement
Belum selesai krisis Yunani, pasar keuangan global sempat bergejolak akibat penurunan harga-harga saham di bursa saham China beberapa hari lalu. Namun Bambang menyakini kondisi itu hanya sementara.
"China temporer (pasar saham), kalau pun ada perlambatan ekonomi di China bukan karena sahamnya," kata dia.
Optimisme terhadap perekonomian Indonesia sangat jelas ditunjukkan Menkeu. Pemerintah, sambungnya, akan berupaya memacu pertumbuhan ekonomi Indonesia. Sehingga Bambang berkeyakinan mampu mendulang pertumbuhan ekonomi di kisaran 5,4 persen-5,5 persen di semester II 2015. Padahal Bank Indonesia (BI) memprediksi ekonomi negara ini bertumbuh 4,7 persen di kuartal II ini.
"Tidak apa (pertumbuhan ekonomi di kuartal II). Yang penting kita tingkatkan di semester II sebesar 5,4 persen sampai 5,5 persen. Konsumsi akan membaik di semester II seiring semakin tingginya belanja pemerintah," pungkas Bambang.
Meskibursa saham China sempat tertekan, tetapi pertumbuhan kinerja indeks sahamnya masih positif. Secara year to date, indeks saham Hong Kong Hang Seng telah naik 3,34 persen pada penutupan perdagangan saham Kamis 9 Juli 2015. Indeks saham Hang Seng ditutup naik 3,73 persen ke level 24.392 pada perdagangan saham kemarin. Sementara itu, indeks saham China menguat 14,67 persen secara year to date. Pada penutupan perdagangan saham kemarin, indeks saham China naik 5,76 persen ke level 3.709,33. (Fik/Ahm)