CDS China Meningkat Tajam dalam Sepekan, Berisiko Bangkrut?

Dalam sepekan terakhir, credit default swap (CDS) atau proteksi atas risiko kredit China tercatat meningkat tajam.

oleh Siska Amelie F Deil diperbarui 10 Jul 2015, 21:31 WIB
China | Foto: The China Times

Liputan6.com, Beijing - Dalam sepekan terakhir, credit default swap (CDS) atau proteksi atas risiko kredit China tercatat meningkat tajam. Peningkatan tersebut mencerminkan peningkatan kekhawatiran atas risiko ketidakstabilan sektor keuangan setelah bursa saham China merosot dalam 10 hari terakhir.

Melansir laman Reuters, Jumat (10/7/2015), CDS bertenor lima tahun tersebut naik hingga hampir 10 basis poin selama sepekan. Itu merupakan peningkatan terbesar sejak kuartal III 2014.

Selain itu, perputaran uang jangka pendek juga tercatat merosot setelah Bank Sentral China melanjutkan operasi pasar terbuka selama tiga pekan berturut-turut. Tak hanya itu, para regulator juga mengumumkan, berbagai penawaran saham perdana/initial public offering (IPO) baru akan dilakukan guna meningkatkan pasar saham yang sedang lesu.

Sementara nilai repo selama tujuh hari berada di level 2,51 persen hingga akhir pekan ini atau turun sekitar 32 basis poin dalam sepekan.

Selain kenaikan nilai CDS, yang secara teori merupakan bentuk dari persepsi para investor mengenai adanya risiko gagal bayar pada sejumlah aset, imbal hasil obligasi pemerintah China juga tengah menurun secara signifikan selama sepekan terakhir. Penurunan itu dipicu aksi para investor untuk menyelamatkan asetnya.

Imbal hasil dari obligasi pemerintah China bertenor lima tahun tercatat turun sekitar 10 hingga 20 basis poin sejak akhir Juni.

"Saya menyaksikan bagaimana uang dari investor lembaga mengalir ke obligasi jangka panjang dan utang serta produk baru dengan yield tinggi," kata Li Qilin, Analis Minsheng Securities, Beijing.

Dia menjelaskan, kemerosotan di bursa saham China dapat memicu permintaan aset lain yang dapat menjadi safe-heaven (nilai lindung investasi). Lantaran pemerintah menghentikan IPO, dana untuk IPO mengalir ke pasar obligasi.

Dalam tiga minggu terakhir, telah terjadi volatilitas yang berlebihan di bursa saham China mengingat posisi utang masih goyah. Sementara itu, pemerintah China tengah berjuang untuk menghentikan penurunan tersebut.

Setelah merosot sekitar 30 persen dari 10 Juni hingga 8 Juli, bursa saham China mulai bangkit sekitar 10 persen dalam dua hari terakhir. Itu lantaran pemerintah memberikan sinyal kuat terhadap dukungannya pada pasar. (Sis/Ahm)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya