Citizen6, Jakarta Pada masa kolonial Belanda, setiap perempuan yang menjadi gundik atau istri simpanan para kompeni lazim disebut nyai kala itu. Dalam sejarah kita mengenal Nyai Dasima, Nyai Saritem hingga Nyai Ontosoroh yang kemudian diceritakan oleh Pramoedya Ananta Toer dalam Bumi Manusia. Sebelum kedatangan VOC dan serdadunya, istilah nyai hanyalah sebutan untuk wanita dewasa yang tidak memiliki konotasi apapun.
Namun, pada masa pendudukan Belanda, setiap perempuan yang dijadikan gundik kemudian disebut nyai. Seorang nyai biasanya diambil begitu saja dari keluarganya oleh para kompeni, baik sebagai alat pembayar kepada kompeni karena tidak mampu membayar pajak ataupun karena memang disukai oleh kompeni Belanda tersebut. Meskipun diberikan pakaian yang indah-indah lengkap dengan perhiasan dan perawatan kecantikan, seorang nyai tidak lagi diperbolehkan untuk bertemu atau kembali pada keluarganya.
Advertisement
Semua perhiasan dan kehidupan mewah yang dinikmati harus dibayar dengan namanya yang tercoreng sebagai gundik di masyarakat dan terasingnya diri mereka dari kehidupan luar. Jika sang kompeni tersebut telah merasa bosan atau alasan lainnya, gundik tersebut akan dibuang begitu saja tanpa dibekali apapun. Bila gundik tersebut telah melahirkan seorang anak, maka dirinya akan dipisahkan dari anak yang dilahirkannya tersebut. Lalu, ketika sang gundik jatuh cinta dan memperjuangkan cintanya maka mereka akan disiksa dengan cara disalib di bawah terik matahari bahkan kemaluannya dilumuri oleh cabai Spanyol yang telah ditumbuh.
Seorang nyai kala itu bahkan tidak memiliki hak apapun atas kehidupannya.
**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini