Liputan6.com, Jakarta- Setelah ekonominya melambat, China kembali diserang tekanan pada bursa sahamnya. Perdagangan harga saham anjlok sampai 30 persen dalam kurun waktu tiga pekan. Kondisi ini jelas merugikan investor China yang menanamkan modalnya pada portofolio investasi saham.
Rektor Universitas Paramadina, Firmanzah mengungkapkan, di saat seluruh dunia fokus pada krisis Yunani, tekanan maraton menimpa perekonomian dunia. Kali ini, bursa saham China goyah dan semakin menghantam kesulitan ekonomi Negeri Tirai Bambu itu.
Advertisement
"Pasar saham China rontok 30 persen. Pemilik saham di China yang mayoritas kalangan menengah baru harus kehilangan hartanya 30 persen dalam waktu tiga minggu," ujar dia di Jakarta, seperti ditulis Senin (13/7/2015).
Lebih jauh Staf Khusus Presiden Bidang Ekonomi pada Pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu mengatakan, kejatuhan saham di China sebesar 30 persen mengakibatkan kerugian senilai US$ 3 triliun yang dialami investor.
"Kerugian investor akibat ambruknya pasar saham China mencapai US$ 3 triliun. Angka ini ekuivalen atau setara dengan Produk Domestik Bruto (PDB) Yunani. Jadi enggak bisa dianggap remeh atau biasa saja oleh China," jelas Firmanzah. (Fik/Ndw)