Liputan6.com, Kontras. Satu kata itu tepat menggambarkan kondisi Xavi Hernandez dan Iker Casillas. Legenda Barcelona dan Real Madrid itu tahun ini pergi dari klub masing-masing.
Respek yang didapat dua pemain ketika menyampaikan salam perpisahan menggambarkan situasi berbeda. Terutama soal penghargaan dari klub yang telah dibela selama lebih dari dua dekade. Atau bisa dikatakan, perbedaannya seperti anak kandung dan anak tiri. Mereka lahir sama-sama lahir dari rahim tim Akademi.
Advertisement
Casillas hanya menangis. Tidak ada seremoni perpisahan di lapangan. Hanya duduk seorang diri di depan kerumunan pewarta ketika jumpa pers.
Tanpa didampingi siapa pun. Sendiri. Seperti pesakitan, Casillas menyampaikan salam perpisahan untuk Madrid. Padahal, kiper 34 tahun itu termasuk spektakuler. Berstatus juara dunia 2010, Piala Eropa 2008 dan 2012 bersama Timnas Spanyol. Plus La Decima alias gelar ke-10 Liga Champions untuk Madrid.
"Ingat saya sebagai orang baik. Bukan kiper bagus atau jelek," ucap Caillas dengan berlinang air mata dikutip dari Mundo Deportivo.
Wajar kalau Casillas iri dengan perlakuan yang didapat oleh kompatriotnya, Xavi Hernandez. Bahkan Steven Gerrard; yang meninggalkan Liverpool. Pada 2015, Hernandez juga meninggalkan Barcelona. Si pemain melanjutkan kariernya ke Qatar.
Perpisahan Xavi dihadiri jutaan fans di Camp Nou. Manajemen Barcelona juga melepas kepergian mesin umpan yang telah bergabung di tim sejak 1998. Xavi menyampaikan pesan terakhir di atas panggung. Di musim terakhir bersama Barcelona Xavi menutupnya dengan treble-winners.
Padahal, kedua pemain itu sama-sama menjadi bagian penting Spanyol di tiga perhelatan bertaraf dunia, yaitu Piala Eropa 2008 dan 2012 serta Piala Dunia 2010 di mana La Furia Roja tampil sebagai juara. Kedua pemain yang berkawan akrab itu juga sama-sama meraih gelar kenegaraan Prince of Asturias (Pangeran Austrias) pada 2012.
Pantaskah, Madrid memperlakukan Casillas?