Seekor tikus saat mendeteksi keberadaan ranjau di Siem Reap, Kamboja (13/7/2015). Organisasi asal Belgia, APOPO mendatangkan tikus spesies Gambia dari Tanzania ke Kamboja untuk membersihkan ranjau sisa perang sipil 1970. (REUTERS/Samrang Pring)
Petugas saat melatih seekor tikus mendeteksi keberadaan ranjau di Siem Reap, Kamboja (13/7/2015). Tanah di Kamboja tercatat masih penuh dengan ranjau sisa perang sipil, Khmer Rough "Killing Fields" pada 1970. (REUTERS/Samrang Pring)
Seekor tikus saat mendeteksi ranjau selama latihan di Siem Reap, Kamboja (13/7/2015). APOPO telah menggunakan tikus untuk proyek tambang-kliring di beberapa negara, termasuk Angola, Mozambik, Thailand, Laos, dan Vietnam. (REUTERS/Samrang Pring)
Petugas memberikan makan kepada tikus di sela latihan di Siem Reap, Kamboja (13/7/2015). Organisasi asal Belgia, APOPO mendatangkan tikus spesies Gambia dari Tanzania ke Kamboja untuk membersihkan ranjau sisa perang sipil 1970. (REUTERS/Samrang Pring)
Seekor tikus saat berlatih mendeteksi keberadaan ranjau di Siem Reap, Kamboja (13/7/2015). Tanah di Kamboja tercatat masih penuh dengan ranjau sisa perang sipil, Khmer Rough "Killing Fields" pada 1970. (REUTERS/Samrang Pring)