Ibarat Gadis Cantik, RI Tercoreng Lambannya Koordinasi

Padahal di tengah perlambatan ekonomi ini, porsi koordinasi lintas kementerian/lembaga harus diperbanyak.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 14 Jul 2015, 21:50 WIB
Ilustrasi Investasi (Liputan6.com/Johan Fatzry)

Liputan6.com, Jakarta - Kepala Ekonom Bank Danamon, Anton Hendranata menyatakan, investor asing masih melihat Indonesia sebagai negara seksi tujuan investasi. Hanya saja, keunggulan ini harus ternoda dengan koordinasi antar Kementerian/Lembaga yang berantakan.  

"Asing tuh melihat Indonesia seperti gadis cantik, tinggal pengelolaan dan impelemntasinya saja. Sebab koordinasi antar Kementerian tidak jalan," tegas dia saat Buka Puasa Bersama dengan Menteri PPN di kantor Bappenas, Jakarta, Selasa (14/7/2015).

Kata Anton‎, bukti koordinasi antar Kementerian/Lembaga yang yang mandek adalah realisasi harga barang yang diatur pemerintah (administer prices) yang kompak mengalami kenaikan secara bersama. Itu terjadi pada lima barang di April 2015.

"Ini dilihat market seolah-olah koordinasi enggak jalan, karena jadi sejarah pertama kali di Indonesia administer prices lima barang naik bersamaan, ‎yakni tarif listrik, elpiji, tarif kereta api dan lainnya. Respons agak melambat," terang dia.

Anton menilai ada gap antara menteri dengan Presiden sehingga koordinasi ekonomi menjadi sulit. Padahal di tengah perlambatan ekonomi ini, porsi koordinasi di bidang ekonomi lebih diperbanyak, dipertegas dan ada kepastian bagi pasar maupun investor.

"Pemerintahan saat ini malah dikuras dengan persoalan politik ketimbang ekonomi. Koordinasi sangat lambat, jadi miskin implementasi program-program pemerintah. Jadi urusan politik seharusnya jangan mengganggu urusan ekonomi," tandas Anton.(Fik/Ndw)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya