Liputan6.com, Jakarta Wage Rudolf Soepratman dan biola ibarat dua sisi mata uang yang tak bisa dipisahkan. Menghabiskan masa kanak-kanaknya di sebuah desa terpencil di kawasan Kaligesing, WR Soepratman sejak usia 11 tahun sudah pandai bermain biola. Biola yang selalu menemani langkahnya dalam menciptakan berbagai karya besar merupakan biola pemberian dari WM Van Eldick, yang mempunyai nama lain Sastromihardjo, kakak iparnya sendiri.
Menurut informasi yang didapat Museum Nasional Jakarta dari kakak iparnya tersebut, WR Soepratman memperoleh banyak pelajaran tentang musik. Pada usia 21 tahun, WR Soepratman tertantang dengan sayembara yang mencari orang-orang nasionalis, yang bisa menciptakan lagu kebangsaan bagi Indonesia. Pada saat dirinya di Bandung pada 1924, lahirlah lagu kebangsaan Indonesia Raya.
Advertisement
Pada Kongres Pemuda II di Jakarta pada 1928, lagu Indonesia Raya kembali diperdengarkan, bersamaan dengan dicetuskannya Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928. Setelah hari itu, lagu Indonesia Raya gubahan WR Soepratman kerap diperdengarkan menggunakan biola dalam berbagai pertemuan pergerakan nasional, dan menjadikan WR Soepratman orang yang paling dicari Belanda lantaran sering menyuarakan persatuan dan kehendak untuk merdeka dalam berbagai karya lagunya.
Untuk mengenang jasa dan berbagai karya avant garda WR Soepratman dalam mempersatukan Indonesia melalui lagu, biola pemberian kakak iparnya kini tersimpan dengan apik di Museum Nasional, Jakarta. Tak hanya menjadi monumen hiruk-pikuk kejayaan masa lalu, biola ini diharapkan mampu memotivasi anak muda Indonesia untuk mampu berjuang lewat musik.
(ibo/igw/hdy)