Pemudik, Jangan Lupa Manfaatkan Tempat Istirahat, Ya

Laporan penelitian kajian arus mudik 2013

oleh Fitri Syarifah diperbarui 15 Jul 2015, 14:00 WIB
Sejumlah pemudik antre masuk ke kapal feri di Pelabuhan Merak, Banten, Rabu (15/7). Memasuki tengah malam, pemudik mulai memadati kawasan Pelabuhan Merak untuk menyeberang ke Pulau Sumatera melalui Pelabuhan Bakauheni Lampung. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta Hari Rabu dan Kamis ini diperkirakan akan menjadi puncak arus mudik Lebaran 2015. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan telah melakukan penelitian kajian arus mudik yang pengumpulan data pada 2013 dan dilaporkan pada 2014 yang lalu.

Menurut Kepala Balitbangkes Prof dr Tjandra Yoga Aditama, hasilnya menunjukkan, jumlah pemudik yang menggunakan angkutan umum meningkat, sedangkan pemudik yang menggunakan kendaraan pribadi (motor dan mobil) menurun.

Selain itu, jumlah kecelakaan saat mudik lebaran sebenarnya juga menurun walaupun masih tinggi. Hampir semua rumah sakit dan puskesmas merasa peduli dengan penanganan korban mudik lebaran. 

"Korban kecelakaan lalu lintas yang ditangani di puskesmas dan rumah sakit, yang terbanyak adalah luka robek dan lecet, trauma kepala, lalu patah tulang anggota gerak bawah dan atas," katanya, melalui pesan elektronik yang diterima Liputan6.com, Rabu (15/7/2015).

Ada beberapa catatan:

- Umur korban terbanyak pada usia muda 15 -24 tahun, demikian pula umur korban yang meninggal dunia yang terbanyak juga sama pada usia 15-24 tahun.

- Korban terbanyak wiraswasta atau pedagang dengan pendidikan tamat SLTA/sederajat.

- Korban yang meninggal akibat kecelakaan lalu lintas pada 2013 sebagian besar (72,5%) meninggal di tempat (Death on Arrival - DOA).

- Jenis kendaraan korban sebagian besar sepeda motor (60,85%), baik sebagai pengendara maupun penumpang/pembonceng, dan sebagian besar akibat kecelakaan ganda (80%).

"Kematian dan kecelakaan ini sebetulnya dapat dicegah dengan upaya sistematis, banyak upaya di luar bidang kesehatan misalnya kelayakan kendaraan, perlu cek fisik kendaraan dan masalah kondisi jalan. Selain itu, memanfaatkan program mudik gratis dan tempat-tempat istirahat sepanjang jalan," ujarnya.

Tempat- tempat istirahat dengan berbagai fasilitas (makan, minum, pijat, toilet, dan sebagainya) di jalur mudik diperbanyak jumlahnya, terutama di daerah rawan kecelakaan atau setelah 2-3 jam perjalanan.

Yang tak kalah penting, pelatihan untuk dokter dan perawat di Puskesmas dan RS serta penambahan peralatan medis di jalur mudik rawan kecelakaan harus terus ditingkatkan.

"Pelatihan siaga bencana atau basic life support untuk tenaga non-medis (polisi, sopir ambulans, tokoh masyarakat, pemuda, pramuka) perlu dilakukan di daerah rawan kecelakaan lalu lintas. Mobil Puskesmas Keliling yang ada di Puskesmas dapat dimaksimalkan fungsinya sebagai 'mobil ambulans'. Puskesmas dan Rumah Sakit di jalur mudik sebaiknya menjadi semacam 'trauma centre'," ungkapnya.

Tjandra menambahkan, Kegiatan Upaya Kesehatan Sekolah (UKS) di sekolah juga perlu lebih ditingkatkan terutama mengenai berlalu lintas yang baik, tertib dan sopan. Juga perlu dikembangkan kelompok komunitas yang sadar berlalu lintas yang baik, artinya mereka dibekali dengan pelatihan 'basic life support'. Undang-undang lalu lintas perlu dipatuhi karena akan amat bermanfaat mengurangi kecelakaan lalu lintas.

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya