Liputan6.com, Jakarta - Indonesia kembali mencatatkan surplus neraca perdagangan. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan neraca perdagangan nasional pada Juni 2015 surplus US$ 477 juta. Perolehan ini dipicu surplus sektor non migas sebesar US$ 1,59 miliar, walaupun sektor migas defisit US$ 1,12 miliar.
Adapun Sepanjang Januari-Juni ini, total surplus mencapai US$ 4,35 miliar. Ini diungkapkan Kepala BPS Suryamin di Jakarta, Rabu (15/7/2015).
Advertisement
"Dari sisi volume perdagangan, pada Juni 2015 neraca volume perdagangan Indonesia mengalami surplus 26,77 juta ton. Hal tersebut didorong surplusnya neraca sektor non migas 27,41 juta ton. Sebaliknya, sektor migas defisit 0,64 juta ton," jelas dia.
Dia menyatakan, realisasi kinerja neraca perdagangan bulan keenam ini sebesar US$ 477 juta lebih baik dibandingkan tiga tahun sebelumnya yang mengecap defisit. Jika dilihat dalam empat tahun ke belakang, neraca perdagangan RI di periode yang sama 2011 mendulang surplus besar menembus US$ 3,3 miliar dalam sebulan.
Kemudian, sambung Suryamin, anjlok dengan catatan defisit di Juni 2012 menjadi US$ 1,28 miliar, lalu menurun menjadi defisit US$ 877,2 juta di periode yang sama 2013 dan Juni 2014 defisit sebesar US$ 288,3 juta.
"Sementara di Januari-Juni 2011, kita mendulang surplus neraca perdagangan hingga US$ 15 miliar, lalu anjlok menjadi US$ 510 juta di periode yang sama 2012. Selanjutnya semester I 2013, realisasi defisit US$ 3,34 miliar dan defisit US$ 1,29 miliar di 2014. Sekarang surplus US$ 4,35 miliar. Mudah-mudahan ini gambaran bagus buat kinerja perdagangan kita," pungkas dia.
Perolehan surplus neraca ini sesuai dengan prediksi pengamat yang memperkirakan kinerja neraca perdagangan Juni 2015 akan tertekan laju impor yang meningkat.
Memang sebelumnya, neraca perdagangan Indonesia pada Mei 2015 mengalami surplus US$ 950 juta. Ini dipicu surplus sektor non migas sebesar US$ 1,66 miliar, walaupun sektor migas defisit US$ 710 juta.
Para ekonom meramalkan surplus neraca perdagangan bulan keenam ini bakal lebih rendah dari realisasi Mei 2015 sebesar US$ 950 juta.
Kepala Ekonom PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), Ryan Kiryanto mengatakan, surplus neraca perdagangan periode Juni ini akan anjlok menjadi US$ 350 juta karena impor membengkak.
"Ekspor relatif stabil, sementara impor membesar karena efek Lebaran Idul Fitri, di mana produsen banyak mengimpor bahan baku penolong," ujar dia saat berbincang di Jakarta, Rabu (15/7/2015).
Sementara Kepala Ekonom Mandiri Sekuritas Aldian Taloputra lebih optimistis meramalkan neraca perdagangan Indonesia pada Juni 2015. "Kami prediksi neraca perdagangan bulan lalu sebesar US$ 853 juta dan menjadi bulan ketujuh surplus terjadi secara berurutan," terang dia.
Menurut Aldian, kondisi kinerja ekspor Indonesia pada periode tersebut lebih positif meski nilai maupun volume impor mengalami peningkatan. Kenaikan ekspor terdorong dari perbaikan harga minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO) 4,7 persen MoM pada Juni dan harga batubara relatif stagnan.
"Kondisi itu didukung fakta bahwa kinerja ekonomi mitra dagang utama Indonesia berlanjut menguat pada Juni," ujarnya.
Sedangkan kinerja impor, lanjut dia, meningkat karena kenaikan permintaan yang tinggi pada impor barang konsumsi menghadapi puasa meski kenaikan itu relatif terlambat dibanding tahun sebelumnya.
"Penerimaan pemerintah dari cukai impor juga menunjukkan impor yang membaik. Secara keseluruhan, kami prediksi impor akan naik 3,3 persen MoM atau minus 23,4 persen YoY di Juni ini," tandas Aldian. (Fik/Nrm)