Liputan6.com, Chicago - Harga emas berjangka menyentuh level terendah sejak November didorong kenaikan data ekonomi Amerika Serikat (AS) dan komentar pimpinan bank sentral AS/The Federal Reserve Janet Yellen soal kenaikan suku bunga kemungkinan tahun ini.
Harga emas untuk pengiriman Agustus 2015 melemah 0,5 persen atau US$ 6,10 ke level US$ 1.147,40 per ounce di divisi Comex. Sedangkan harga perak turun 1,67 persen atau 26,7 sen menjadi US$ 15.048 per ounce.
Advertisement
Sentimen rilis data ekonomi AS dan The Federal Reserve mempengaruhi gerak harga emas. Rilis data ekonomi AS terutama soal harga barang dan jasa perusahaan AS naik pada Juni dengan indeks PPI menguat 0,4 persen. Lalu data produksi industri naik lebih baik dari yang diperkirakan 0,3 persen.
Selain itu, pernyataan Yellen juga menjadi fokus pelaku pasar. Yellen mengharapkan ekonomi AS dapa tumbuh di sisa tahun ini. Hal itu agar dapat mendorong bank sentral menaikkan suku bunga pada tahun ini.
Dengan suku bunga tinggi berdampak negatif untuk emas. Hal itu mengingat logam mulia mendapatkan keuntungan dari kebijakan moneter lebih longgar. Di sisi lain indeks dolar naik 0,57 persen sehingga melanjutkan tekanan terhadap harga emas.
"Kekhawatiran tentang kenaikan suku bunga The Fed membebani pasar tetapi kita tidak akan terkejut," ujar Mark O'Bryne, Direktur GoldCore seperti dikutip dari laman Marketwatch, Kamis (16/7/2015).
Di Yunani, parlemen akan memutuskan apakah mengadopsi sejumlah ketentuan sebagai langkah reformasi ketat dari kreditor internasional. Analis Commerzbank menilai, bila bank sentral Eropa meningkatkan pinjaman akan mendorong pembukaan kembali bank Yunani dan negosiasi bantuan keuangan baru dalam jangka pendek. Hal ini dapat mengurangi daya tarik emas sebagai investasi lebih aman.
Sementara itu, Kepala Riset Insignia Consultans, Chintan Karnani menilai, salah satu faktor yang dapat mendorong harga emas lebih tinggi yaitu permintaan Asia harus bangkit. Harga emas diperkirakan dapat menyentuh level US$ 1.260 per ounce. (Ahm/Igw)