Kapal Perang Teluk Cendrawasih Angkut 350 Pemudik dari Kalteng

Anto nekat mudik pakai kapal perang karena sudah 4 hari bertahan di Pelabuhan Sampit.

oleh Liputan6 diperbarui 16 Jul 2015, 07:03 WIB
1.875 Pemudik hari ini diberangkatkan menuju Semarang menggunakan KRI Banda Aceh.

Liputan6.com, Kotawaringin - TNI memenuhi janjinya membantu mengangkut pemudik menggunakan kapal perang. Rabu malam tadi, TNI AL mengoperasikan kapal perang KRI Teluk Cendrawasih-533 untuk mengangkut penumpang dari Pelabuhan Sampit Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, menuju Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya, Jawa Timur.

KRI Teluk Cendrawasih-533 mengangkut 350 pemudik. Jumlah ini sesuai kapasitas kapal tersebut.

"Seandainya bisa kami angkut semua, tetapi apa daya kapasitasnya cuma 350 orang. Kita harus mempertimbangkan keselamatan, makanya yang bisa naik pun kami seleksi yaitu yang masih sehat dan dewasa," kata Komandan KRI Teluk Cendrawasih Mayor Pelaut Rahadian Rahmadi di Pelabuhan Sampit, Rabu 15 Juli 2015 malam.

Kapal perang ini biasanya digunakan mengangkut logistik dan marinir TNI AL. Tapi setelah ada usulan dari Pemerintah Kabupaten Kotim, setelah melihat banyaknya penumpang yang belum terangkut, akhirnya KRI Teluk Cendrawasih diturunkan untuk membantu.

Pemerintah daerah bersyukur diberikan bantuan kapal ini dengan harapan semua penumpang bisa terangkut ke kampung halaman.

Pantauan di Pelabuhan Sampit, KRI Teluk Cendrawasih tiba sekitar pukul 19.00 WIB. Seluruh pejabat terkait langsung menggelar rapat dadakan untuk mengatur penumpang yang akan diangkut oleh kapal perang ini.

Akhirnya disepakati, penumpang yang diangkut hanya penumpang dewasa yang sehat, sedangkan anak-anak dan lanjut usia akan diberangkatkan ke Surabaya menggunakan KM Kirana I pada Kamis siang ini (16/7/2015).

Sebelum berangkat, Komandan Kapal Rahmadi menjelaskan kondisi kapal dan cuaca di laut kepada ratusan penumpang yang ada di terminal penumpang pelabuhan. Saat ini, cuaca laut sedang kurang bersahabat dengan ketinggian gelombang antara 4 hingga 5 meter, sehingga perlu kesiapan fisik calon penumpang.

"Kami menjelaskan semuanya agar para penumpang siap dengan kondisi itu. Untuk logistik, kami sudah siapkan untuk perkiraan 350 penumpang itu tadi," jelas Rahmadi.

Pengalaman Pertama Ikut Kapal Perang

Sekretaris Daerah Kotim Putu Sudarsana, mengaku bersyukur Kotim mendapat bantuan armada untuk mengangkut pemudik. Dia berharap seluruh penumpang bisa terangkut ke tempat tujuan.

"Begitu melihat perkembangan di lapangan, Bupati langsung menyampaikan permohonan bantuan armada ini. Kita bersyukur ini bisa terlaksana," kata Putu yang ikut berbaur bersama calon penumpang.

Seorang penumpang bernama Anto, mengaku bersyukur akhirnya bisa berangkat. Dia tidak mempermasalahkan jika harus naik kapal perang yang fasilitasnya tentu berbeda dengan fasilitas di kapal penumpang pada umumnya.

"Ini pengalaman pertama saya naik kapal perang. Katanya cuaca di laut sedang buruk, tapi saya tidak mau memikirkan itu. Pokoknya berangkat dulu, urusan nanti di kapal seperti apa, tidak usah dipikir," kata Anto yang menjadi karyawan di sebuah perkebunan di Kotim.

Anto nekat ikut berangkat meski harus menumpang kapal perang. Dia bersama sejumlah rekannya sudah 4 hari bertahan di Pelabuhan Sampit karena kehabisan tiket. Beruntung, ada bantuan kapal perang sehingga dia bisa ikut mudik.

Penumpang mulai masuk kapal sekitar pukul 21.00 WIB setelah melalui pemeriksaan ketat oleh anggota TNI AL. Usai melakukan persiapan kapal dan pengarahan kepada penumpang, kapal perang ini akhirnya berlayar meninggalkan Pelabuhan Sampit sekitar pukul 24.00 WIB. Jika dihitung waktu tempuh perjalanan selama 30 jam, diperkirakan kapal ini tiba saat Lebaran Jumat 17 Juli besok. (Ant/Sun/Rmn)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya