Liputan6.com, Jakarta - Baru-baru ini calon presiden Amerika Serikat dari partai Republik, Jeb Bush, dan dari partai Demokrat, Hillary Clinton, saling beradu argumen soal produktivitas negara tersebut.
Menurut Bush, dalam wawancara dengan New Hampshire Union Leader, para pekerja di AS perlu bekerja lebih produktif. "Karyawan harus bekerja lebih lama, supaya produktif dan memberi pendapatan lebih untuk keluarganya," kata Bush.
Advertisement
Hal ini langsung dibantah oleh Clinton dalam akun Twitternya. "Setiap orang yang percaya para pekerja AS belum bekerja keras pasti belum bertemu dengan mereka secara langsung," ujarnya.
Bush lalu mengatakan, kalau pernyataannya tersebut untuk para pekerja paruh waktu di AS. Masalah ini pun berkembang menjadi isu panas di sana. Rata-rata jam kerja orang di AS, menurut data Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD), sekitar 34,4 jam per minggu.
Artikel 4 Negara dengan Jam Kerja Terlama telah menyedot perhatian pembaca di kanal bisnis Liputan6.com pada edisi Rabu 15 Juli 2015. Tak hanya soal produktivitas kerja saja yang jadi sorotan. Ekonomi China tengah melambat juga menjadi perhatian pembaca. Lantaran kondisi ekonomi China melambat berdampak terhadap kinerja perdagangan Indonesia. Artikel Ekonomi China Goyah, Impor RI Justru Meroket juga menarik perhatian pembaca.
Ingin tahu artikel terpopuler lainnya di kanal bisnis? Berikut lima artikel pilihan paling diminati pembaca:
1. 4 Negara dengan Jam Kerja Terlama
Baru-baru ini calon presiden Amerika Serikat dari partai Republik, Jeb Bush, dan dari partai Demokrat, Hillary Clinton, saling beradu argumen soal produktivitas negara tersebut.
Menurut Bush, dalam wawancara dengan New Hampshire Union Leader, para pekerja di AS perlu bekerja lebih produktif. "Karyawan harus bekerja lebih lama, supaya produktif dan memberi pendapatan lebih untuk keluarganya," kata Bush.
Hal ini langsung dibantah oleh Clinton dalam akun Twitternya. "Setiap orang yang percaya para pekerja AS belum bekerja keras pasti belum bertemu dengan mereka secara langsung," ujarnya.
Bush lalu mengatakan, kalau pernyataannya tersebut untuk para pekerja paruh waktu di AS. Masalah ini pun berkembang menjadi isu panas di sana. Rata-rata jam kerja orang di AS, menurut data Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD), sekitar 34,4 jam per minggu.
2. Ekonomi China Goyah, Impor RI Justru Meroket
Perekonomian China saat ini tengah mengalami perlambatan. Kondisi tersebut berdampak terhadap kinerja perdagangan Indonesia terhadap Negeri Tirai Bambu itu. Sepanjang Januari-Juni 2015, neraca perdagangan Indonesia-China mengalami defisit hingga US$ 8 miliar.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Suryamin mengatakan nilai ekspor Indonesia ke China pada semester I ini mencapai US$ 6,64 miliar. Sedangkan nilai impor lebih tinggi menembus US$ 14,70 miliar.
3. 3 Ribu Bus Rapid Transit Bakal Padati Perkotaan
Menteri Perhubungan, Ignasius Jonan, menargetkan bisa menyebar 3 ribu unit Bus Rapid Transit (BRT) di seluruh Indonesia. Target tersebut diharapkan bisa terpenuhi hingga akhir 2019.
Jonan mengungkapkan, tujuan dari pencanangan tersebut dalam rangka penerapan dan pengembangan angkutan umum massal berbasis jalan di kawasan perkotaan, dan sasarannya adalah tersedianya pelayanan angkutan umum massal berbasis jalan di kawasan perkotaan di seluruh provinsi di Indonesia.
4. PLN Turunkan Tarif Listrik 2.200 VA
PT PLN (Persero) akan menurunkan tarif dasar listrik untuk daya 2.200 volt ampere (VA) ke atas. Direktur Utama PLN Sofyan Basir mengatakan, penurunan tersebut dilakukan karena biaya produksi listrik juga mengalami penurunan.
Sofyan menjelaskan, saat ini nilai tukar rupiah memang mengalami depresiasi yang membuat biaya operasional atau biaya produksi perseroan meningkat. Namun kenaikan tersebut bisa ditekan karena terjadi penurunan harga minyak dunia yang menyebabkan harga BBM juga stabil.
5. Ekonomi China Goyah Jadi Hikmah Buat Indonesia
Perekonomian China tengah dilanda dua prahara besar, yakni perlambatan ekonomi dan goyangnya pasar saham Negeri Tirai Bambu itu. Kondisi ini justru dianggap berkah bagi Indonesia karena investasi semakin meningkat.
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas, Andrinof Chaniago mengungkapkan, investasi dari para penanam modal China ke Indonesia kian bergairah meski negaranya sedang mengalami kesulitan ekonomi. (Ahm/Igw)