Liputan6.com, Pamekasan - Menghadapi Hari Raya Idulfitri 1 Syawal 1436 Hijriah yang tinggal beberapa jam, warga pedesaan di Kabupaten Pamekasan, Madura, Jawa Timur, menyembelih sapi dengan cara patungan. Langkah ini diambil agar harga daging yang hendak dikonsumsi untuk kebutuhan Lebaran bisa lebih murah.
Seperti yang dilakukan kelompok pengajian malam Jumatan di Dusun Daleman Daja, Desa Sokalelah, Kecamatan Kadur, Pamekasan.
"Kalau membeli sapi sendiri lalu disembelih, harganya jauh lebih murah dibandingkan membeli daging di pasaran," kata tokoh masyarakat di desa itu, Mutimma, Kamis (16/7/2015).
Selain lebih murah, kualitas daging sapi juga lebih terjamin dan lebih segar dibanding daging sapi yang dijual di pasar.
"Kalau membeli daging di pasar kan kita hanya mendapatkan dagingnya. Tapi kalau patungan seperti ini, kita bisa mendapatkan semuanya, baik daging maupun tulang sapi. Kan lumayan meski tulang kan bisa buat kaldu," terang Mutimma.
Sapi yang hendak dipotong ini dibeli jauh hari sebelum Lebaran, dan dipelihara oleh anggota kelompok yang patungan dengan kompensasi daging.
Mutimma menuturkan, berdasarkan pengalaman Lebaran tahun-tahun sebelumnya, harga daging sapi dengan cara patungan itu jauh lebih murah dari pasaran, antara Rp 10 hingga Rp 20 ribu per kilogram.
"Kalau harga daging di pasaran itu Rp 80 ribu, kita bisa Rp 60 ribu per kilogramnya. Itu pun masih mendapatkan tambahan seperti usus dan tulang. Kalau di pasar kan hanya daging saja," tutur dia.
Menabung Setahun
Selain karena harga dan daging yang segar, hal lain yang jadi pertimbangan warga hingga patungan membeli sapi, karena uang mereka hasil simpanan selama setahun.
"Jadi setiap malam Jumat kami menyimpan antara Rp 5 ribu hingga Rp 10 ribu, khusus untuk kebutuhan Lebaran. Salah satunya untuk patungan membeli sapi kebutuhan Lebaran ini," urai Mutimma.
Kepala Dinas Peternakan Pemkab Pamekasan Bambang Prayogi menyatakan, tradisi menyembelih sapi di kalangan masyarakat pedesaan di Kabupaten Pamekasan memang merupakan tradisi yang telah berlangsung secara turun temurun.
Oleh karena itu, setiap tahun Dinas Peternakan selalu mempersiapkan tim khusus untuk meninjau kesehatan sapi ternak yang hendak disembelih.
Selain bertugas memeriksa kesehatan sapi, mantri dan penyuluh kehewanan yang ada di masing-masing kecamatan, juga ditugaskan untuk menyampaikan sosialisasi agar masyarakat tidak menyembelih sapi betina yang masih produktif.
"Larangan untuk tidak menyembelih sapi betina produktif ini, karena jika sapi betina disembelih, bisa menghambat produksi ternak. Jadi lebih sapi jantan atau betina yang sudah tua dan tidak produktif lagi," jelas Bambang. (Ant/Sun/Rmn)
Advertisement