Liputan6.com, Jakarta Pelatih kondang Indonesia, Rahmad Darmawan mulai jengah dengan kisruh sepakbola nasional. Pelatih yang akrab coach RD itu pun meminta semua pihak yang bertikai duduk bersama.
Sebenarnya, tanda-tanda konflik sepakbola semakin berkepanjangan mulai terlihat. Kemenpora mengajukan banding atas putusan Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) yang memenangkan PSSI. Melihat situasi yang belum menemui titik terang, Rahmad yang menangani Persija Jakarta itu pun menulis pesan melalui media massa.
Pelatih yang juga Perwira TNI-AL itu menilai, sudah banyak jatuh korban akibat sanksi FIFA buntut dari pembekuan PSSI yang dilakukan Menpora.
Berkedok menyelamatkan sepakbola dan membersihkan lapangan hijau dari mafia, mantan pelatih Sriwijaya FC dan Persipura Jayapura itu menilai 'hukuman' dari Menpora Imam Nahrawi salah sasaran. Isu Timnas U-23 terlibat skandal pengaturan skor sama sekali tidak berdasar. Dan tidak pernah bisa dibuktikan, siapa pelaku dan pihak yang terlibat.
Bagaiamana isi catatan Rahmad Darmawan, selengkapnya di halaman berikut
Pesan Damai RD
Sudah hampir 4 bulan Indonesia tanpa aktivitas yang berarti di cabang olahraga Sepakbola. Pasca pembekuan PSSI oleh Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) kemudian jatuhnya sanksi FIFA betul-betul membuat berhentinya geliat sepakbola.
Hari-hari pemberitaan lebih sering diisi dengan isue seputar pengaturan score di sejumlah pertandingan yang konon sudah diindikasi sebagai jaringan mafia sepakbola. Korban pertama terjadi pada Timnas U-23 yang belum juga sampai ditanah air sudah harus menerima berita tidak sedap mengenai isue adanya pengaturan score saat main melawan Thailand dan Vietnam yang kebetulan Timnas kalah melawan dua team tersebut.
Bukti belum ada tapi stigma sudah terbangun, seolah seluruh pemain yang belum lagi kering keringatnya adalah para penjahat sepakbola yang harus menjadi tersangka hanya karena munculnya rekaman yang kemudian dibelakang hari menjadi polemik.
Saya tidak bermaksud mengingat ingat hal ini, tapi saya ingin mengajak kita merasakan seperti apa dan bagaimana perasaan seluruh yang terlibat di Timnas 23. Saya hanya berfikir, tidakkah mereka (yang menuduh) berfikir bagaimana kalau ada anggota keluarganya yang ada di tim tersebut? Menjadi seperti tersangka tanpa ada fakta yang menguatkan tapi sudah ekspose di sana sini seperti seorang pahlawan yang berhasil menangkap Gembong mafia.
Lalu ada berita soal rencana turnamen mengisi kekosongan kegiatan sepakbola, ada yang gagal disaat terakhir (turnamen di Banyuwangi ) ada yang masih bersiap menggulirkan turnamen pasca Lebaran. Terakhir berita tentang sidang gugatan PSSI terhadap Menpora.
Saya hadir saat sidang putusan dilaksanakan, saya ingin tau apa permasalahannya dan kenapa bisa seperti itu sekaligus ingin mendengarkan tentang putusan yang akan dikeluarkan Hakim. Akhirnya putusan jatuh dengan memenangkan gugatan PSSI.
Lalu apa maknanya? Buat saya nggak penting siapa menang dan siapa kalah, dibenak saya hanya berfikir kapan mereka (PSSI-Menpora) lelah dan kemudian keduanya mengatakan kami ternyata kalah semua (kalah dua-duanya).
Karena 4 bulan terakhir kami telah gagal membuat sepakbola kita lebih baik, karena kami membiarkan orang-orang dengan mudah memfitnah pemain2 nasional yangg sudah memberi semua kemampuan yang merek miliki meski mereka gagal mendapat medali.
Kami kalah....
Karena telah gagal mempertahankan Timnas 16 dan 19 yg telah berlatih selama 1 tahun untuk bermain di piala AFF yang seharusnya diselenggarakan tahun ini di Indonesia, kami kalah karena telah merebut asa mereka, asa orang tua mereka yang bangga putranya memakai Kaos Garuda di dada bertanding untuk negaranya.
Kami kalah...
Karena kami belum bisa membuat kompetisi yg melibatkan seluruh klub di Indonesia merasakan geliat sepakbola yang bisa dirasakan seluruh klub dan pecintanya.
Kami kalah...
Karena kami gagal memenuhi hak - hak ribuan pesepakbola terpaksa tidak berpenghasilan karena kontrak diputus imbas dari mereka yang bertikai.
Saya ingin ini disudahi....
Bahasa hukum terlalu sulit buat dimengerti kami para pemain, pelatih. Kami ingin nadi sepakbola kita kembali berdenyut, yang mungkin bisa segera mengatasi kesulitan2 kami, kami tidak ingin ada perpecahan, ada dualisme Klub/Askab/Asprov yang dampaknya pernah kita rasakan bersama. Bahkan perpecahan itu sampai terjadi hingga ke akar rumput (suporter).
Kami ingin Menpora bersama PSSI saling bersinergi membangun potensi anak negeri ini bisa meraih prestasi, dan kami yakin itu bisa terjadi.
Pak.... Kami lelah..... Sudahilah pertikaian ini. Semoga suasana Idul Fitri akan membawa kita menjadi orang-orang pemaaf.
Wass. Rahmad Darmawan - Pelatih Sepakbola.
Advertisement