Liputan6.com, Jayapura - Hujan es melanda 3 kampung di Distrik Agandugume, Kabupaten Puncak, Papua. Fenomena ini terjadi sejak 5 Juli lalu dan menyebabkan gagal panen dan matinya ternak warga. Tidak hanya itu, ribuan orang juga terancam kelaparan.
Fenomena ini memang bukan kejadian langka, namun merupakan siklus yang bisa terjadi 3 tahunan atau 5 tahunan, dan bahkan hingga 10 tahunan. Hujan salju terakhir kalinya di Lanny Jaya terjadi pada 1989.
Advertisement
Kendati, hujan es tahun ini dianggap tergolong panjang dan ekstrem. Selain dingin dan oksigen yang menipis, hujan salju juga turun sepanjang hari. Pada malam hari, suhu udara menyentuh angka 0, bahkan minus 2 derajat Celsius. Sementara pada siang hari 10-13 derajat Celsius.
Gubernur Papua Lukas Enembe mengatakan, 3 kampung yang dilanda hujan es tersebut letaknya sangat terisolir, ditambah tak ada penerangan dan sinyal komunikasi.
Sejauh ini, hujan es telah merenggut nyawa 11 warga yang mendiami 11 kampung di Distrik Wano Barat, Lanny Jaya. Semua warga menderita kedinginan dan bahkan banyak warga yang menderita diare. Tidak hanya itu, warga juga terancam kelaparan.
Sekretaris Daerah Kabupaten Lanny Jaya Christian Siholait menuturkan, tak hanya Kampung Wano Barat yang dilanda hujan salju, namun ada 2 distrik lain yakni Distrik Kuyawage yang terdapat 8 kampung di dalamnya dan Distrik Goa Baliem yang terdapat 7 kampung di dalamnya. Dengan demikain, ada 26 kampung di 3 distrik yang saat ini terisolir dan butuh bantuan akibat guyuran hujan salju.
Sebelum hujan salju turun, kata Christian, kekeringan telah melanda daerah itu selama 1 bulan. "Warga tak memiliki kesiapan untuk menghadapi cuaca ekstrem, karena musim hujan salju tak dialami warga setiap tahun. Ribuan warga juga berada dalam situasi rawan makanan dan terancam terserang penyakit," pungkas Christian.
Data dari Pemkab Lanny Jaya, setiap distrik rata-rata dihuni 400 kepala keluarga (KK), sehingga saat ini ada sekitar 1.200 KK yang terancam kelaparan dan kedinginan.
Juru Bicara Polda Papua Kombes Pol Rudolf Patrige memperkirakan, kemungkinkan jumlah korban akan bertambah jika warga tidak segera mendapat bantuan bahan makanan, obat-obatan, dan tim medis.
Terkait hal ini, Pemerintah Kabupaten Lanny Jaya menetapkan darurat bencana embun beku di 3 distrik, yakni Distrik Kuyawage, Wano Barat, dan Gua Balim. Bupati Lanny Jaya Befa Jigibalom menyatakan, daerahnya dalam status darurat bencana alam setelah 11 warga di Distrik Kuyawage dan sekitarnya tewas akibat kedinginan pasca hujan es.
"Jadi pada kesempatan ini, saya sebagai pemimpin daerah, secara resmi menyatakan bahwa ini adalah keadaan darurat, saya juga telah membuat SK Bupati menyatakan bahwa keadaan darurat dan harus dibantu," kata Befa Jigibalom di Kota Jayapura, Papua, Kamis 16 Juli 2015.
Dia menjelaskan, bencana alam yang menimpa 3 distrik yang didiami 20 ribu jiwa tersebut, berupa embun putih yang turun pada malam hari, dan siang hari akan mencair seperti minyak dan akan membuat layu tanaman atau pepohonan.
"Inilah yang menyebabkan gagal panen, karena embun putih itu saat mencair di waktu siang berubah seperti minyak yang bisa membuat tumbuhan atau pohon layu dan mati," kata Befa. Biasanya, bencana embun putih itu, lanjut Befa, terjadi tiap 5 tahun, tapi belakangan ini tidak pernah terjadi setelah 9 tahun.
"Bencana embun putih itu, biasanya warga di 3 distrik sebut kebakaran. Dan bencana ini telah merenggut nyawa 11 orang, 5 atau 6 di antaranya masih anak-anak," ujar Befa, lagi. Dia menyebutkan, bencana embun putih itu juga yang terjadi di Distrik Agandugume, Kabupaten Puncak.
Merespon hal ini, Presiden Joko Widodo atau Jokowi menyatakan terus memantau mengenai penanganan bencana di kabupaten itu. Dia mengatakan, bantuan pemerintah telah dikirim pada Rabu 15 Juli 2015 di Wamena. Namun, bantuan itu masih menghadapi masalah gangguan cuaca untuk sampai ke lokasi.
"Sudah kita kirim 2 hari lalu, sudah di Wamena pagi tadi saya cek. Tetapi dari Wamena menuju ke Puncak, Lanny Jaya, memang cuacanya. Mudah-mudahan hari ini (bisa sampai)," kata Jokowi di Pangkalan Udara Sultan Iskandar Muda Banda Aceh, Jumat 17 Juli 2015.
Pemerintah mengirim bantuan 50 ton dan sudah ada pesawat yang siap mengantar dari Wamena. Presiden berharap bantuan yang terdiri dari beras, mi instan, obat-obatan, dan lainnya ini segera sampai dan pemerintah terus memantau perkembangan penanganannya.
Selan pemerintah, PT Freeport Indonesia (PTFI) juga telah menyalurkan bantuan kemanusiaan bagi masyarakat di Distrik Agandugume, Kabupaten Puncak. Juru Bicara Freeport Indonesia Riza Pratama mengatakan, bantuan yang disalurkan adalah 3,3 ton bahan makanan, termasuk air mineral.
Riza melanjutkan, bantuan langsung diterbangkan pada Jumat, 17 Juli 2015 pagi, menggunakan 2 helikopter Airfast, bersama-sama dengan personel perwakilan Freeport Indonesia dan Kementerian Sosial Republik Indonesia.
"Bantuan ini merupakan bagian dari program tanggung jawab sosial Freeport Indonesia bagi masyarakat Indonesia, khususnya di Papua," kata Riza. Dia menambahkan, penyaluran bantuan kemanusiaan ini diharapkan dapat membantu meringankan beban masyarakat Distrik Agandugume, Kabupaten Puncak, yang tertimpa bencana embun beku. (Sun/Rmn)