Liputan6.com, Aceh - Garis demarkasi kawasan hunian antara manusia dan hewan di kawasan Rawa Singkil, Aceh sudah tak berbekas. Kawasan konservasi ini memang sejak lama jadi rebutan antara sang monster rawa buaya dan manusia. Hal ini disebabkan karena warga mencari nafkah dengan mengumpulkan tiram lokan di kawasan ini.
Dalam tayangan Sigi Investigasi yang ditayangkan Liputan 6 Malam SCTV, Sabtu (19/7/2015), sebenarnya di kawasan konservasi ini tinggal beberapa satwa yang statusnya dilindungi. Di antaranya orangutan, elang, si burung raptor atau pemangsa, serta si monster rawa, yakni buaya sebagai penghuninya.
Saat mulai menjelajahi sungai, ketegangan pun mulai menjalar. Itu karena makhluk buas pemakan daging bernama buaya muara ini sedang jadi sumber kengerian warga sekitar.
Wilayah kekuasaan binatang pra sejarah bernama latin Crocodilus Porosus ini bahkan sudah sampai menginvasi sungai, tempat mandi, dan bermain anak-anak. Gangguan kengerian yang ditimbulkan buaya Sungai Singkil ini membuat warga mulai kehilangan kesabaran.
Peristiwa bermula dari tewasnya seorang warga pada akhir Maret 2015 karena serangan monster rawa itu. Begitu ada buaya yang tertangkap, warga yang emosi lalu membakarnya dan menjadikannya tumbal. Lelah dengan maut yang mengintai, warga pun nekat berburu hewan purba ini. Sampai akhirnya bisa menjerat buaya yang dianggap sudah mencelakakan warga. Meski dalam kondisi tak berdaya, mahluk predator ini tetap menebar ancaman.
Tetapi hasil tangkapan ini tak membuat warga puas. Mereka yang punya nyali besar tanpa rasa takut melakukan perburuan buaya di Sungai Singkil. Di kawasan seluas lebih dari 100 ribu hektare ini, para pemburu menajamkan mata dan telinga mencari sang predator.
Cerita soal ganasnya buaya Singkil bukan dongeng belaka. Di antara tumbuhan gambut, perangkap buaya dipasang. 1 Buaya akhirnya terjebak. Hasil tangkapan lalu diserahkan ke Petugas Balai Konservasi Sumber Daya Alam Aceh untuk diamankan.
Buaya muara telah puluhan tahun berkembang di kawasan pesisir Pantai Barat Aceh. Rawa Aceh Singkil jadi habitat yang paling cocok bagi buaya muara. Namun, belakangan buaya muara ini mulai menimbulkan keresahan karena sudah ada korban jatuh. Tak ingin ada korban jiwa yang lain, warga Desa Siti Ambia terus gencar merazia buaya di Sungai Singkil.
Saat Sang Predator Terancam Jiwanya
Monster ini akan mengeluarkan sinyal amarah mendesis jika jiwanya terancam. Butuh nyali untuk mengangkat buaya sepanjang 3 meter ini tanpa pengamanan sama sekali. Sorak-sorai para penonton jadi ramuan pengusir rasa takut saat melumpuhkan monster rawa ini. Karena bila tali yang mengikat si predator terputus, nyawa taruhannya.
Malam hari jadi waktu yang tepat untuk memancing sang buaya, karena biasanya mereka muncul di permukaan air ketika matahari sudah terbenam. Semak belukar tempat ideal predator pemangsa daging ini, karena jika daerah teritorial terganggu, mereka siap menerkam.
Advertisement
Di saat-saat tertentu walau wujud dan polah monster rawa ini menakutkan, namun saat muncul ke permukaan menjadi hiburan tersendiri bagi warga. Mungkin jika kawasan konservasi ini dipulihkan fungsinya, manusia dan satwa prasejarah ini bisa kembali hidup rukun berdampingan.
Bagaimana para pemburu menaklukkan sang predator dari Sungai Singkil ini beraksi? Saksikan selengkapnya dalam video tayangan Sigi Investigasi SCTV, Sabtu (18/7/2015), di bawah ini. (Mar/Rmn)
Baca Juga