Agen Badan Intelijen Korsel Tewas, Isu Miring Merebak

Mata-mata Korsel ditemukan bunuh diri, meninggalkan catatan permintaan maaf karena telah menimbulkan kontroversi.

oleh Arie Mega Prastiwi diperbarui 21 Jul 2015, 19:23 WIB
Hacker (wired.com)

Liputan6.com, Seoul - Seorang agen National Intelligent Service (NIS)--badan intelijen milik Korea Selatan- ditemukan tewas bunuh diri beserta pesan tertulisnya tentang permintaan maaf "karena sudah menimbulkan kontroversi."

Jenazah yang tidak diungkap identitasnya itu ditemukan polisi, Sabtu 18 Juli 2015, di dalam mobil yang terparkir di dekat gunung di Hwasan-ri dekat kota Yongin, selatan Seoul.

Investigasi awal menunjukkan kematiannya disebabkan oleh racun karbon monoksida dari batu bara yang terbakar.

Dalam konferensi persnya, kepala polisi Yongin, Park Ki-young, mengumumkan bahwa laki-laki yang tewas ini adalah staf NIS dan mengaku telah menghapus sebuah data yang berhubungan dengan kontra-terorisme serta kegiatan spionase Korut.

Catatan  dengan tulisan tangan yang dia tinggalkan menyebut pemerintah telah memata-matai warganya sendiri saat pemilu 2012 lalu, kata polisi seperti dikutip dari CNN.

NIS telah membenarkan bahwa pria tersebut adalah staf mereka namun menolak menguraikan perannya dalam institusi tersebut.

Kematian pegawai NIS ini terjadi setelah seminggu lalu bahwa badan intelijen ini mengakui dalam sebuah pertemuan kecil dengan anggota parlemen bahwa  mereka telah membeli peranti lunak berupa remote control system (RCS) dari perusahaan milik Italia pada Januari dan Juli sebelum pemilu 2012.

Salah satu anggota parlemen Lee Chul-woo yang hadir dalam pertemuan itu menyatakan NIS membeli  RCS untuk kepentingan riset.

RCS program dapat meretas desktop dan selular untuk kepentingan pemantauan. NIS berdalih pembelian alat ini karena Korut berhasil meretas 25 ribu komputer milik Korsel.

"Penggunaan alat ini diatur oleh undang-undang dan tidak pernah digunakan kepada rakyat Korsel. Lagipula untuk apa digunakan kepada rakyat sendiri?" kata Lee.

Sebaliknya, oposisi dari Aliansi Politik Baru untuk Demokrasi, Shin Kyung-min, meminta NIS untuk membuktikan yang sebenarnya.

"Kita tidak bisa tahu apa yang NIS telah lakukan hanya karena komentar dari pemerintah. Kami ingin mendatangi kantor NIS dan memasuki akses komputer mereka," kata Shin kepada CNN.

Dalam berapa tahun terakhir, Korsel sangat rentan terhadap serangan dunia maya terutama dari Korut. Pada 2013 terjadi serangan yang terkenal dengan nama 'Dark Seoul' yang menyerang 48 ribu komputer di Bank utama dan siaran radio mereka. Mereka berhasil memasuki sistem dan menghapus memori dalam hard disk.

Tahun lalu, Pyongyang dituduh telah meretas operator nuklir milik Seoul. Korut jelas menyangkal segala tuduhan itu dan mengatakan "Seoul terlalu mengada-ada." (Rie/Yus)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya