Pulangnya Bocah Tia

Bocah Tia sudah kembali ke pangkuan orangtua. Tapi polisi tetap mendalami kasus penculikan tersebut, termasuk motif pelaku.

oleh Tanti YulianingsihNadya IsnaeniHanz Jimenez SalimMaria FloraPutu Merta Surya PutraAndreas Gerry TuwoNanda Perdana Putra diperbarui 22 Jul 2015, 01:27 WIB
Bocah Tia sudah kembali ke pangkuan orangtua. Tapi polisi tetap mendalami kasus penculikan tersebut, termasuk motif pelaku.

Liputan6.com, Jakarta - Hari baru beranjak pagi, namun kebahagiaan penuh haru terpancar dari wajah Ridwan dan istrinya, Siti Ermawati. Sang buah hati, Cintya Hermawan atau Tia, kembali ke pangkuan mereka setelah dikabarkan diculik seorang pria dari salah satu mal di bilangan Jakarta Timur pada hari kedua Lebaran lalu.

Bocah perempuan yang baru berumur 6 tahun itu sampai di rumahnya, kawasan Batuampar, Condet, Jakarta Timur, Selasa 21 Juli 2015 sekitar pukul 06.00 WIB dengan diantar oleh seorang sopir taksi.

Tak lama setelah Tia ditemukan, kepolisian pun langsung mendatangi bocah tersebut. Begitu pula dengan Sekretaris Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Erlinda.

Tak lama setelah Tia ditemukan, kepolisian pun langsung mendatangi bocah tersebut.

Seperti terlihat dalam foto yang diunggah Traffic Management Centre (TMC) Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya dalam akun Twitter-nya pada Selasa 21 Juli 2015.

Dalam foto itu Tia tampak duduk di pangkuan seorang polisi wanita. Bocah yang mengenakan baju garis-garis hitam dan putih serta rok bunga-bunga itu terlihat sehat.

Tak lama setelah Tia ditemukan, kepolisian pun langsung mendatangi bocah tersebut.

Hanya wajahnya saja yang terlihat sedikit lelah. Sementara Erlinda duduk di sampingnya. Perempuan yang dibalut busana serba putih itu tersenyum manis di foto tersebut.

Sebelumnya, Tia dilaporkan hilang oleh orangtuanya. Dia diduga diculik saat bermain di sebuah tempat bermain anak di Pusat Grosir Cililitan (PGC), Jakarta Timur, Sabtu 18 Juli lalu.

Rekaman CCTV

Namun CCTV di sudut-sudut pusat perbelanjaan di Jakarta Timur itu merekam detik-detik seorang pria tidak dikenal membawa Tia. Pria berkaos garis-garis biru hitam tersebut terbilang nekat karena dia tetap tenang saat beraksi di tengah keramaian.

Seorang bocah berusia 6 tahun menjadi korban penculikan di sebuah pusat perbelanjaan di Cililitan.


Bocah Tia bahkan tidak berteriak saat digandeng pergi pelaku. Dia digandeng dengan santai dan turun dari satu lantai ke lantai lain.

Selanjutnya: Beredar di Facebook...


Beredar di Facebook

Beredar di Facebook

Kabar hilangnya Tia sebelumnya beredar di media sosial, yakni Facebook dan Twitter. Melalui sebuah akun Facebook, disebutkan pula nomor yang bisa dihubungi untuk informasi terkait bocah Tia.

"Telah hilang seorang anak Sintya Hermawan, panggilannya Tia. Hilang di pusat Grosir Cililitan (PGC) pada tanggal 18 Juli 2015, dibawa sama orang yang ada di foto tersebut," tulis salah satu akun Facebook yang dikutip Liputan6.com dari broadcast di BlackBerry Messenger (BBM), Senin 20 Juli 2015.

"Mohon dengan sangat apabila melihat anak dan laki-laki tersebut, untuk segera menghubungi polisi terdekat atau hubungi Celynne di 087880707808," tambah akun tersebut.

Penculikan bocah Tya di PGC. (Twitter/@TMCPoldaMetro/@Om_JOI)

Penculikan Tia diketahui sang bunda setelah bocah tersebut tak kunjung pulang ke toko hingga jelang tutup pusat perbelanjaan. Sebab tak biasanya anak perempuan itu lama kembali.

"Sudah pukul 18.00 WIB Tia nggak balik-balik. Mamah Tia langsung melapor ke pengelola toko, terus lihat CCTV. Terlihat Tia berjalan bergandengan dengan pria itu, sampai terakhir naik mikrolet warna biru," tutur tante bocah tersebut, Celynne, saat dihubungi Liputan6.com.

Menurut sang tante, bocah berusia 6 tahun itu sudah hapal lantai-lantai di PGC karena sering dibawa orangtuanya menjaga toko.

"Orangtuanya menjaga toko aksesori handphone di lantai dasar, sudah 3 tahun. Dia sudah hapal lantai itu, sering bermain bersama anak-anak lain dan pulang sendiri nantinya," tutur Celynne.

Saat hilang, dari CCTV terlihat bocah Tia yang berambut pendek itu terlihat mengenakan paduan kaos abu-abu dan rok bermotif warna pink.

Selanjutnya: Tempat Permainan Anak...


Tempat Permainan Anak

Tempat Permainan Anak

Orangtua korban, Ridwan (30) menuturkan secara kronologis hilangnya sang buah hati. Peristiwa memilukan itu berawal saat bocah 6 tahun itu meminta bermain di lantai 3A di pusat perbelanjaan tersebut.

"Saya tanggal 18 Juli kemarin sudah buka toko. Lepas tidur siang anak saya minta main ke tempat permainan anak di lantai 3A sekitar jam 17.00 WIB," ujar Ridwan saat dihubungi Liputan6.com, Senin 20 Juli 2015.

Namun hingga petang hari, sang bocah tak kunjung kembali. Dia pun kemudian mencarinya hingga toko tutup.

"Menjelang magrib saya curiga, anak saya enggak balik-balik. Sampai toko tutup, saya cari-cari. Saya sempat lapor ke sekuriti PGC. Atas sarannya saya suruh lapor ke Polsek Kramat Jati. Langsung diproses," ujar dia.

"Besoknya saya penasaran. Untuk langsung dibantu sekuriti, dikasih rekaman CCTV, baru tahu anak saya diculik," imbuh Ridwan.

Ia menduga sang penculik telah mengajak anaknya bicara. Putri kesayangannya itu dikenal sebagai sosok yang aktif dan pintar.

"Anak saya diajak bicara. Cintya itu aktif dan pintar, Mas, pasti orang itu nanya-nanya, terus dijawab sama Cintya. Dia itu bawa duit Rp 10.000 buat beli koin mainan, terus habis, mungkin ditawari, tapi sebenarnya Cintya enggak pernah mau," tutur Ridwan.

'Orang Pintar'

Segala upaya ditempuh Ridwan dan istrinya agar sang anak kembali ke pelukan. Mereka khawatir akan nasib Tia. Pemilik toko aksesoris handphone di Pusat Grosir Cililitan (PGC), Jakarta Timur, itu juga meminta bantuan 'orang pintar' atau dukun.

Menurut dia, hasil "penerawangan" dukun itu, anaknya disukai oleh penculiknya. "Kata orang-orang pintar dan guru-guru saya, anak saya itu disenengin. Itu katanya," ujar Ridwan kepada Liputan6.com, Senin 20 Juli 2015.

Ia berharap putri pertama dari dua anaknya, yang berciri rambut pendek dan kulit sawo matang itu dapat ditemukan dalam keadaan selamat. Pihak keluarga pun  

"Saya meminta semua pihak, baik polisi dan media bisa bantu anak saya. Saya bingung, dia biasanya nyusu, sekarang tidur di mana, khawatir saya sebagai orangtua," ucap Ridwan.

Selanjutnya: Diantar Sopir Taksi...


Diantar Sopir Taksi

Diantar Sopir Taksi

Setelah 3 malam, berbagai upaya menemukan Tia akhirnya berbuah hasil. Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Kombes Mohamad Iqbal mengabarkan, bocah Tia pulang ke rumahnya seorang diri dengan diantarkan sopir taksi.

"Alhamdulillah tadi pagi pukul 06.00 WIB, bocah Cintya berhasil ditemukan oleh pengemudi taksi Blue Bird dan diantar pulang ke rumahnya," kata Iqbal di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Selasa 21 Juli 2015.

Iqbal menjelaskan, Tia ditemukan ketika seseorang meminta sopir taksi yang tengah berada di depan Mal Pekayon, Bekasi, Jawa Barat tersebut mengantar Cintya ke PGC.

"Tetapi dalam perjalanan, anak ini cerdas, dia meminta sopir taksi mengantarnya ke rumahnya," ucap dia.

Meski Tia sudah kembali ke pangkuan orangtuanya, namun polisi tetap akan memproses kasus tersebut dan memburu pelaku yang diduga sebagai penculik.

Ilustrasi.

Pengakuan Sopir Taksi

Saiirin Triansyah adalah sopir taksi yang dikabarkan mengantarkan Tia atau Cintya Hermawan. Tia adalah bocah yang sempat dilaporkan hilang di pusat perbelanjaan Pusat Grosir Cililitan (PGC), Jakarta Timur, Sabtu 18 Juli 2015.

Saiirin mengaku bertemu dengan bocah 6 tahun itu di depan pusat perbelanjaan di Bekasi, Jawa Barat. "Di Giant Bekasi Barat, jam setengah 6 (pagi)," ucap Saiirin di Polsek Kramatjati, Jakarta Timur, Selasa 21 Juli 2015.

Dari keterangan Saiirin, saat itu, Tia tengah bersama seorang laki-laki. Pria itulah yang meminta dirinya untuk mengantarkan bocah tersebut ke Cililitan.

Saiirin mengaku heran mengapa pria tersebut tak ikut mengantar Tia. Dia juga sempat menanyakan hal itu kepada lelaki misterius itu.

Kata Saiirin, pria tersebut mengaku tak bisa mengantar karena mau bekerja. Namun karena tak mengetahui jika bocah yang diantarkan adalah korban penculikan, Saiirin tak menaruh curiga sedikit pun. "Saya nggak curiga, soalnya saya nggak tahu," ujar Saiirin.

Namun menurut dia, pria yang ditemuinya di Bekasi berbeda dengan sosok yang tertangkap CCTV di PGC bersama Tia. "(Orangnya) Berbeda," kata Saiirin di Polsek Kramat Jati, Jakarta Timur, Selasa 21 Juli 2015.

Disekap di Bekasi

Ilustrasi penculikan (Istimewa)

Sementara itu Kapolres Metro Jakarta Timur Kombes Pol Umar Faruq mengungkapkan, penculik berjumlah lebih dari satu orang. Masing-masing memiliki peran berbeda.

"Pelakunya paling tidak 2 orang, yang menculik dan yang di taksi berbeda," kata Faruq saat dihubungi, Selasa 21 Juli 2015.

Saat ini, ujar Faruq, identitas pelaku sudah dikantongi. Pihaknya terus mengejar kedua penculik bocah berusia enam tahun tersebut. "(Kami) Sudah tahu identitas pelaku, iya lagi dikejar," ujar dia.

Faruq menambahkan, selama diculik, Tia disekap di sebuah tempat di daerah Bekasi, Jawa Barat. "(Bocah Tia disekap) di kos-kosan di daerah Bekasi," ucap Faruq.

Selanjutnya: Hasil Visum...


Hasil Visum

Hasil Visum

Usai kembali ke pangkuan keluarga, bocah Tia dibawa ke RS Polri, Kramatjati, Jakarta Timur, untuk menjalani visum. Langkah itu diambil untuk memastikan ada tidaknya tindak kekerasan yang dialami bocah berusia 6 tahun tersebut.

Setelah menjalani pemeriksaan, hasil visum itu pun sudah diketahui. Kapolres Jakarta Timur Kombes Pol Umar Faruq mengungkapkan hasil sementara tersebut.

"Pemeriksaan terhadap kondisi korban hasil sementara tidak ditemukan unsur kekerasan," kata Faroq di Jakarta, Selasa 21 Juli 2015.

"Tidak juga ditemukan perbuatan asusila," sambung dia.

Ilustrasi kekerasan pada anak. Sumber: Istimewa

Beli Sepatu Roda

Adapun usai pemeriksaan visum, Tia, bersama orangtuanya, didampingi pihak kepolisian langsung meninggalkan RS Polri, tanpa memberikan keterangan.

Kombes Umar Faroq, mengatakan mereka bergegas pergi karena ada tujuan tertentu. Mereka ingin membawa bocah Tia untuk jalan-jalan. Ini dilakukan untuk memperbaiki kondisi mentalnya yang sempat terluka.

"Jalan-jalan saja. Apa pun yang diminta itu kita turuti. Itu salah satu trik secara psikologis," jelas Faroq di Polres Jakarta Timur.

Menurut dia, untuk kasus seperti ini, penanganan terhadap korban yang masih anak-anak tidak bisa disamakan dengan orangtua. Oleh sebab itu, mereka tidak hanya mengajak Tia jalan-jalan. Tetapi juga memberi bimbingan psikiater serta memenuhi kemauan korban.

"Dia minta ke mal (kami turuti). Itu salah satu cara memulihkan. Beli sepatu roda, kita turuti," pungkas Faroq.

Selanjutnya: Motif Penjualan Organ?


Motif Penjualan Organ?

Motif Penjualan Organ?

Sejauh ini polisi masih mendalami kasus penculikan Cintya Hermawan alias Tia, termasuk soal motif pelaku. Penyidik belum mengetahui motif penculikan Tia yang merupakan anak pemilik kios aksesori telepon genggam.

Kapolres Jakarta Timur Kombes Umar Faroq mengatakan jajarannya telah menghimpun sejumlah informasi terkait motif penculikan. Dia menduga ada kemungkinan organ bocah berusia 6 tahun tersebut akan diambil dan dijual ke pasar gelap.

"Modus baru bisa kita ungkap setelah pelaku tertangkap. Kemungkinan modus operandi adalah penjualan organ tubuh," kata Faroq di Polres Jakarta Timur, Selasa 21 Juli 2015.

Menurut dia, ada dasar yang kuat dari kecurigaan itu muncul karena dasar yang kuat. Sebab saat ini banyak rumah sakit yang membutuhkan organ tubuh seperti ginjal dan paru-paru.

Oleh sebab itu, dia mendorong kepada orangtua untuk memperketat pengawasan pada anak-anaknya. Agar ke depannya kejadian ini bisa dicegah dan diminimalisasi.

Furoq mengatakan pelaku dapat dihukum berat jika benar modus operandi penculikan, penjualan ginjal. Tidak cuma kurungan, hukuman denda pun siap dijatuhkan.

"(Pelaku dapat dikenakan) Pasal 328 KUHP juncto Pasal 83 UU Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak," ucap dia.

Ancaman hukuman pasal 328 adalah 12 tahun penjara. Sementara, ancaman hukuman pasal 83 adalah 15 tahun penjara dan denda Rp 600 juta.

Orangtua Harus Waspada

Atas kejadian ini, Komnas Perlindungan Anak (Komnas PA) mengajak semua orangtua waspada agar kejadian serupa tak terulang.

Arist Merdeka Sirait

"Inilah menurut saya yang harus jadi pelajaran, mengajarkan kepada anak untuk berani mengatakan tidak untuk ajakan orang lain, tidak untuk menerima pemberian apa pun. Karena itu saya kira sudah pernah diajak kasih permen, kasih makan. Ini tips yang harus dipelajari semua keluarga," kata Ketua Komnas PA Arist Merdeka Sirait

Arist mengungkapkan, kasus penculikan yang terjadi di Indonesia angkanya masih cukup tingggi.

"Dari tahun 2010-2014 ada 472 kasus," ucap pria kelahiran Pematang Siantar ini kepada Liputan6.com, Selasa 21 Juli 2015.

Arist menginformasikan, "Rata-rata 100 kasus per tahun," papar Arist.

Sementara, pada 6 bulan pertama 2015, jumlah penculikan mencapai puluhan kasus. Jika digabung dengan kasus penculikan bocah Tia, jumlah kasus penculikan di Indonesia sudah mencapai 40 kasus. (Ans/Ado)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya