Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah menyatakan Indonesia harus mengubah andalan penerimaan negara dari ekspor komoditas ke produk bernilai tambah lewat proses pengolahan. Ke depan, negara ini tidak akan mengandalkan ekspor bahan mineral mentah sebagai penyumbang utama pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Sofyan Djalil mengungkapkan sumber pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan berasal dari infrastruktur swasta dan pemerintah, investasi dan ekspor produk jadi atau bernilai tambah.
Advertisement
"Komoditas akan tetap berkontribusi, tapi tidak besar lagi. Dulu tidak kerja apa-apa, cuma menggali barang mineral mentah, lalu diekspor. Banyak artis jadi penambang, tiba-tiba artis sudah punya Kuasa Pertambangan (KP) ekspor batu bara. Sekarang tidak bisa lagi," tegas dia di kantornya, Jakarta, Rabu (22/7/2015).
Sofyan menuturkan, pemerintah mulai berkomitmen melarang ekspor barang mineral mentah sejak awal 2014. Industri pertambangan harus beralih membangun smelter sebagai pabrik pengolahan bijih besi, bijih nikel, bijih tembaga dan barang mentah lainnya.
"Tapi membangun smelter perlu waktu, dan sampai sekarang baru ada satu smelter yang sudah produksi. Nanti ada sekira 60 smelter lagi yang dalam proses pembangunan. Begitu jadi, ekspor kita dipenuhi barang bernilai tinggi," harap Sofyan.
Kata dia, ekspor barang olahan atau barang jadi punya nilai delapan sampai sembilan kali lipat dari pengiriman bahan mentah. Kebijakan tersebut harus diterapkan di berbagai negara yang selama ini mengandalkan ekspor komoditas sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi.
Sebab, Sofyan menuturkan, harga komoditas terus mengalami pelemahan seiring lesunya permintaan dari China karena perlambatan ekonomi. Dari laporan Bank Dunia, harga batu bara diperkirakan turun 4 persen pada hari ini, minyak dunia anjlok 34 persen dan komoditas lainnya.
"Harga komoditas diperkirakan akan tertekan hingga satu tahun ke depan. Kondisi ini bukan cuma dialami Indonesia, tapi juga Selandia Baru, Argentina, Chili, Peru, Brazil dan lainnya. Jadi semua negara yang tergantung pada komoditas harus mulai mendiversifikasi ekspornya," saran dia. (Fik/Ahm)