Ahok Akan Hidupkan Zaman Kejayaan Ciliwung

Keindahan Kali Ciliwung di jaman kejayaan, sewaktu Belanda datang ke Batavia atau sekarang lebih dikenal dengan nama Jakarta.

oleh Putu Merta Surya Putra diperbarui 24 Jul 2015, 15:06 WIB
Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Jakarta - Lalu lalang kapal-kapal dagang Belanda untuk mengangkut barang dari gudang ke kapal yang berlabuh di laut menghiasi pusat kota Batavia di Sungai Ciliwung. Demi mencari jalur perdagangan, Ciliwung juga digunakan sebagai jalur ekspedisi dari dari Pelabuhan Kalapa di muara Ciliwung hingga ke Pakuan, di mana sepanjang sungai Ciliwung juga terdapat beberapa kerajaan kecil.

Itulah keindahan Kali Ciliwung di zaman kejayaannya, sewaktu Belanda datang ke Batavia atau sekarang lebih dikenal dengan nama Jakarta.

Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok pun mengungkapkan akan mengembalikan Ciliwung ke zaman kejayaannya. Salah satu upaya yang dilakukannya adalah kembali menghidupkan keberadaan Villa Nova, yang merupakan bangunan peninggalan zaman Belanda di Kelurahan Pasar Rebo, Jakarta Timur.

"Memang dari zaman Ali Sadikin, semua itu berantakan. Zaman Belanda, itu disitu ada Villa Nova. Keren banget villanya, tahu enggak? Jadi maksud saya kenapa enggak kita ambil kembali. Ini kan mengalami kebakaran tahun 1985, terus terbengkalai."

"Jadi kita ingin Ciliwung ini jadi aset, tempat wisata, konservasi, dan ekosistem semua," ujar Ahok di Balai Kota Jakarta usai bertemu dengan komunitas Ciliwung dan Tim Pembebasan Urusan Tanah (TPUT), Jumat (24/7/2015).

Menurut pria yang pernah menjabat sebagai Bupati Belitung Timur itu, dengan terlibatnya Kodam, Kopassus, beberapa komunitas, dan dinas DKI Jakarta, serta dengan pemerintah kota di sekitar Jakarta, membuat dirinya semakin mantap menjadikan Ciliwung sebagai tempat wisata. Ahok pun menegaskan, proyek tersebut telah dikerjakan dan akan dikeluarkan Peraturan Gubernurnya juga.

"Kita sudah mulai kerjain, terus dengan Pergubnya juga. Ciliwung ini kan dari dulu sejarahnya udah ditinggalin orang, cuma sekarang daya tampung Ciliwung enggak (sanggup) lagi kan, tentu harus orang (yang tinggal di sekitar Ciliwung) dipinggirin. Meski keluarin Pergub. Ada dana kerohiman nih orang-orang. Kalo mereka enggak mau, ya mesti kita paksa. 25 persen dari NJOP," jelas Ahok.

Ahok pun menegaskan, untuk warga di sekitar bantaran Ciliwung seperti di Kampung Pulo, akan dipertimbangkan akan mendapatkan dana kerohiman. Namun, dia menjelaskan jika sudah mendapat bantuan rusun, maka tidak akan mendapatkan dana tersebut.

"Kampung Pulo kita lihat, ada masalahnya di situ. Harusnya bisa dikasih. Kalo yang ada tanah itu, kita ganti. Kalo enggak dapat rusun, maka enggak dapat (dana kerohiman). Itu yang kita tawarin. Makanya kita harus lihat seperti apa dulu ini. Pergubnya kan memang belum ada," tegas Ahok.

Tanpa Sheet Pile

Ahok menegaskan pemberian ganti rugi tersebut terkait langkah Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane (BBWSCC) Kementerian Pekerjaan Umum (PU), yang mulai melakukan normalisasi Kali Ciliwung dengan memasangi sheet pile (turap) dan bronjong.

Meski demikian, dia mengatakan untuk di hulu tidak akan menggunakan sheet pile lagi.

"Khusus yang di hulu, saya enggak pengin ada sheet pile. Pengin betul-betul alami. Kalo gitu kan bagus (secara alami) enggak pakai sheet pile lagi," tegas dia.

Menurut dia, tentu ada resiko jika menginginkan secara alami. Sebab harus segera menduduki tanah-tanah di hulu agar tidak segera digunakan oleh warga.

"Jika ingin alami, berarti tanah-tanah kita harus kuasai. Intinya enggak mau sheet pile, itu cuma digunakan di daerah kota. Daerah atas (hulu), kita harus kuasai, seperti pinggir-pinggir sungai. Kalo enggak dikuasai, kan diduduki orang. Di sana, bisa suruh Dinas Taman, Pertanian, ataupun komunitas bisa masuk," pungkas Ahok. (Tnt/Mut)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya