Citizen6, Kendal Tradisi Syawalan di kecamatan Boja Kabupaten Kendal Jawa Tengah, Kamis 23 Juli 2015 sore diisi dengan kirab budaya dan gunungan hasil bumi warga sekitar. Ratusan warga saling desak dan berebut gunungan hasil bumi meski prosesi syawalan belum selesai dilaksanakan.
Gunungan sebelum diperebutkan, diarak keliling kota dengan iring-iringan pasukan nyi Pandansari atau nyai Dapu. Selain berebut gunungan hasil bumi, warga juga berdoa di depan makan nyi Pandansari yang merupakan tokoh penyebar Agama Islam di wilayah Boja Kendal.
Ratusan warga ini sudah memadati depan komplek makam Sedapu di Kecamatan Boja Kabupaten Kendal Jawa Tengah, menunggu kirab gunungan hasil bumi datang. Gunungan yang diarak keliling kota Boja ini sesampainya di depan komplek makam langsung diserbu warga yang saling berebut hasil bumi warga sekitar.
Warga baik muda maupun tua saling dorong dan rela berdesakan untuk bisa mendapatkan hasil bumi yang diarak dalam tradisi syawalan dan merti Desa Boja Kamis sore. Mereka ingin mendapatkan berkah dari gunungan hasil bumi yang menggambarkan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat Boja.
Panitia sendiri kewalahan untuk mencegah warga tidak berebut gunungan hasil bumi ini sebelum prosesi syawalan selesai. Namun warga yang sudah menunggu tidak sabar dan berebut sayuran serta buah-buhan yang ada di gunungan tersebut hingga roboh.
Advertisement
Menurut warga Mohamat Rouf 25 tahun, meski harus berdesakan dan saling berebut gunungan hasil bumi ini, namun warga senang jika bisa mendapatkan sayuran atau buah-buahan walau sedikit. Sayuran yang didapat akan dijadikan sayur dan disantap bersama keluarga, warga berharap dengan sayur dari gunungan ini kesejahteraan melimpah dan mendapatkan berkah.
“Makna dari kirab gunungan hasil bumi ini sebagai bentuk semangat warga untuk saling bergotong royong. Kirab sendiri terdiri dari iring-iringan nyai Pandansari yang menunggang kuda, dan diikuti barisan pengawal berpakaian hitam dan putih serta prajurit perempuan”.ujar Rouf
Nyai Pandasari yang juga adik kandung Ki Ageng Pandanaran ini masih melekat di relung hati masyarakat Boja. Kirab menempuh jarak 5 kilometer ini, membawa serta gunungan hasil bumi yang menggambarkan rasa syukur masyarakat Boja yang sudah diberi rejeki oleh sang kuasa.
Camat Boja Sobirin mengatakan “kirab ini sebagai bentuk tradisi tahunan masyarakat Boja untuk menghormati, leluhur penyebar Agama Islam di wilayah ini. Selain itu juga sedekah bumi dengan mengarak gunungan hasil bumi “.
Sejumlah tokoh agama dan masyrakat Boja sendiri usai mengikuti kirab menggelar tahlil di makam Nyi Dapu. Tradisi syawalan di Boja ini, merupakan agenda tahunan dan menjadi wisata religi warga Kendal dan sekitarnya.
Penulis:
Wahyudi
**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini
**Ingin Dapat Ponsel Gratis ikuti #LebaranNarsis di sini