Atasi Kekeringan, Menteri Marwan Serukan Desa Gelar Salat Istisqo

"Kita juga khawatir akan terjadi gagal panen, begitu juga usaha desa seperti perkebunan."

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 26 Jul 2015, 10:30 WIB
Sawah yang mengering akibat kekeringan (Antara)

Liputan6.com, Jakarta - Kekeringan melanda sejumlah daerah di Tanah Air. Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Mendesa PDTT) Marwan Jafar pun menyerukan masyarakat yang desanya mengalami kekeringan menggelar salat Istisqo untuk memohon turun hujan.

Marwan mengatakan, salat tersebut sebagai salah satu cara untuk mendatangkan hujan guna mengatasi musibah kekeringan yang melanda banyak desa di Indonesia. Apalagi bangsa Indonesia dikenal religius.

"Saya serukan desa-desa secepatnya lakukan salat istisqo mohon segera diturunkan hujan, bagi saudara-saudara yang nonmuslim diharapkan juga berdoa menurut keyakinannya masing-masing," ujar Marwan dalam keterangan tertulis di Jakarta, Minggu (26/7/2015).

Marwan menjelaskan, salat tersebut sangat dianjurkan bagi yang terkena musibah kekeringan sehingga berakibat kelangkaan air untuk minum dan kebutuhan lainnya. Salat juga harus dilaksanakan dengan penuh khidmat, khusyuk, dan hening.

Dia mengaku telah memantau fenomena kekeringan yang melanda hampir semua daerah di Indonesia. Tidak kunjung turunnya hujan menyebabkan sumber air desa menjadi kering, warga desa kesulitan air bersih untuk keperluan sehari-hari.

"Kita juga khawatir akan terjadi gagal panen, begitu juga usaha desa seperti perkebunan, peternakan, perikanan darat, dan lainnya akan ikut terganggu atau  berhenti," terang dia.

379 Desa di NTB kekeringan

Kementeriannya menyatakan, di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) tercatat, 379 desa dari 76 kecamatan mengalami ancaman kekeringan dan kekurangan air  bersih, termasuk di antaranya kekeringan di lahan persawahan.

Sementara di Pamekasan terdapat 80 desa yang rawan kekeringan, di Wonogiri ada 38 desa. Di daerah-daerah lain juga banyak desa yang sudah atau akan mengalami kelangkaan air. Seperti kota Bogor yang terkenal sebagai Kota Hujan saat ini lebih separuh wilayahnya mengalami kekeringan dan darurat air bersih.

Musim kemarau membuat debit Bendungan Katulampa, Bogor, menjadi kering. (Liputan6.com/Bima Firmansyah)

Marwan mengatakan, walaupun menggelar salat minta hujan, jangan sampai lupa pemanfaatan sains dan teknologi menanggulangi kekeringan.

"Ayo desa-desa yang punya pasokan air berlebih segera bantu desa-desa lainnya yang membutuhkan, ya setidaknya untuk keperluan minum dan memasak," imbau Marwan.

Ia mengingatkan, data Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) bahwa musim kemarau akan berlangsung lama hingga September 2015 mendatang. Selain itu tidak mungkin dilakukan program hujan buatan karena kondisi awan, angin, dan iklim saat ini tidak menunjang dilakukannya program tersebut.

Hal ini bisa menyebabkan desa-desa mengalami kekeringan yang berkepanjangan, sehingga sangat diperlukan adanya upaya antisipasi termasuk menggalang solidaritas dan kerja sama antardesa dalam memenuhi kebutuhan air bersih. (Mvi/Ndy)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya