Liputan6.com, Jakarta - Pelaksanaan masa orientasi siswa (MOS) di Indonesia identik dengan hal-hal nyentrik. Ada yang disuruh membawa bekal dan camilan dengan nama yang harus mereka tebak sendiri hingga berdandan super ajaib yang membuat mereka minder setengah mati.
Bahkan, ada peraturan yang mengharuskan mereka berpenampilan aneh sejak masih di rumah. Pemeriksaan bakal dilakukan satu kilometer dari lingkungan sekolah. Hukuman atau plonco menanti siswa-siswi yang tak menuruti.
Advertisement
Ngomong-ngomong soal camilan di masa MOS, ada yang ingat pernah disuruh bawa cokelat dengan nama ratu silver atau air oksigen?
Sebenarnya, perlu tidak hal-hal semacam itu? "MOS-nya masih perlu. Yang tidak perlu peraturan ajaibnya," Psikolog Alzena Masykouri dari Klinik Kancil kepada Health Liputan6.com, Senin (27/7/2015)
Kalau peraturan MOS mengharuskan siswa-siswi membawa makanan, itu masih masuk akal. Mungkin, kantin sekolah belum buka sehingga memudahkan mereka untuk makan siang. Atau dengan bekal tersebut, antara siswa satu dan siswa lainnya dapat bertukar menu yang menambah keakraban mereka.
"Ya, itu masih masuk akal. Dan tidak dihambur-hamburkan," kata Alzena menjelaskan.
Pun peraturan rambut harus kuncir dua dan menggunakan pita yang berbeda warna, itu masih masuk akal. "Yang tidak masuk akal itu, topi setengah bola, kaos kaki berbeda warna, dan kuncir 16. Itu gunanya apa? Hanya sebagai wujud senioritas? Nggak perlu seperti itu," kata Alzena menerangkan.