Liputan6.com, Jakarta - Saham-saham berkapitalisasi besar bahkan masuk 10 besar di pasar modal Indonesia menekan laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di awal pekan ini. IHSG pun turun 1,76 persen menjadi 4.771,28 pada penutupan perdagangan saham Senin (27/7/2015).
Penurunan IHSG membuat kinerja IHSG semakin susut menjadi 8,72 persen secara year to date. Sembilan dari sepuluh sektor saham pun kinerjanya melemah. Hanya sektor saham perdagangan, jasa dan investasi naik 3,71 persen secara year to date. Sedangkan sektor saham menekan IHSG antara lain sektor saham tambang melemah 27,24 persen secara year to date, sektor saham industri dasar dan kimia melemah 25,40 persen, dan sektor saham infrastruktur jatuh 14,18 persen.
Advertisement
Pada hari ini, sepuluh sektor saham melemah. Sektor saham industri dasar turun 3,85 persen, disusul sektor saham perkebunan melemah 2,96 persen, dan sektor saham aneka industri tergelincir 2,65 persen.
Total aksi beli investor asing di pasar modal tinggal Rp 3,5 triliun pada 2015. Kapitalisasi pasar saham Indonesia susut Rp 95 triliun dari Rp 5,029 triliun menjadi Rp 4,934 triliun pada Senin 27 Juli 2015. Kapitalisasi pasar saham ini merupakan harga saham dikalikan jumlah saham beredar.
Saham-saham berkapitalisasi besar kompak menekan IHSG. Saham PT Semen Indonesia Tbk melemah 8,69 persen menjadi Rp 10.250 per saham, saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) susut 4,5 persen ke level Rp 9.550 per saham, saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) melemah 3,22 persen ke level Rp 9.775 per saham.
Lalu saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) merosot 3 persen ke level Rp 4.850 per saham, saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) melemah 2 persen ke level Rp 13.450 per saham.
Sedangkan saham PT Astra International Tbk (ASII) tergelincir 3,38 persen ke level Rp 6.425 per saham, saham PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) melemah 4,76 persen ke level Rp 3.905 per saham, dan saham PT United Tractors Tbk (UNTR) terperosok 2,03 persen ke level Rp 18.100 per saham.
Total sepuluh saham kapitalisasi pasar terbesar di pasar modal Indonesia mencapai Rp 2.284 triliun. Total kapitalisasi pasar saham itu sekitar 46 persen dari total saham kapitalisasi pasar terbesar di pasar modal Indonesia.
Suatu saham yang berkapitalisasi besar biasanya lebih likuid atau mudah diperjualbelikan di bursa. Saham-saham yang termasuk kategori ini adalah saham berkapitalisasi pasar di atas Rp 40 triliun. Selain berkapitalisasi besar saham-saham ini juga tergolong unggulan, yaitu saham perusahaan besar dengan kinerja dan fundamental yang baik, dikelola dengan professional, bergerak pada bidang industri yang dibutuhkan banyak orang, dapat mencetak untung besar dan rutin membagikan dividen.
Kepala Riset PT Bahana Securities, Harry Su menuturkan kinerja laporan keuangan emiten kuartal II 2015 kurang baik terutama bank membuat sentimen negatif ke IHSG, dan saham-saham berkapitalisasi besar. Nilai tukar rupiah melemah ditambah kekhawatiran kenaikan suku bunga Amerika Serikat (AS) juga menambah tekanan ke IHSG.
"Memang IHSG harys turun dulu untuk menyesuaikan kekecewaan pasar atas pertumbuhan yang jelek," ujar Harry saat dihubungi Liputan6.com.
Analis PT First Asia Capital, David Sutyanto menuturkan sentimen negatif baik dari dalam dan luar negeri menekan IHSG. Nilai tukar rupiah terus melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menjadi salah satu faktornya. Berdasarkan data RTI, nilai tukar rupiah berada di kisaran 13.477 per dolar AS. Tekanan tersebut juga ditambah dari prediksi laporan keuangan di kuartal II 2015 memburuk.
"Di pasar spot rupiah sekitar 13.500. Investor asing juga melakukan aksi jual karena melihat kondisi laporan kinerja emiten yang kurang baik. Tekanan ini cukup wajar bila melihat sentimen negatif," ujar David.
Meski IHSG tertekan, Harry memprediksi, kinerja saham masih baik ke depan. Hal itu dapat terjadi dengan catatan proyek infrastruktur pemerintah berhasil genjot ekonomi Indonesia. Harry pun merevisi target IHSG menjadi 5.000 pada akhir 2015. (Ahm/Gdn)