Liputan6.com, London - Seorang ibu muda berusia 21 tahun didiagnosis terkena kanker serviks usai ia dinyatakan terlalu muda untuk melakukan tes pap smear. Hal ini dialami ibu muda asal County Durham, Inggris bernama Jade Pateman.
Tak ingin wanita muda lain mengalami hal yang sama dengan dirinya, Jade kini terus berkampanye untuk menurunkan usia skrining serviks dari 25 tahun menjadi 20 tahun. Hal ini dilakukannya usai dinyatakan hanya memiliki kemungkinan hidup hanya dua tahun lagi.
Advertisement
Jade didiagnosis kanker serviks pada bulan Mei lalu. Ia yakin jika lebih awal melakukan deteksi dini kanker serviks dengan pap smear, kanker pada serviksnya lebih cepat diketahui.
Kanker serviks merupakan salah satu jenis kanker yang tidak memiliki gejala pada tahap awal, tapi yang paling umum adalah terjadinya perdarahan tidak tertatur, atau setelah berhubungan seks.
Namun apa daya, Jade telat mengetahui kanker pada serviksnya sehingga ada tumor sebesar 6 cm. Kemudian pada bulan Juni lalu kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening di perut, dada, dan leher.
"Jika usia skrining menjadi 20 tahun, mungkin lebih cepat saya didiagnosis dan kanker tidak mudah menyebar," tutur ibu satu anak ini.
Di Inggris, pada tahun 2003 Advisory Committee on Cervical Cancer menyarankan deteksi dini kanker serviks dari 20 tahun menjadi 25 tahun. Juru bicara Public Health England menyatakan bahwa wanita usia di bawah 25 tahun sering mengalami perubahan yang tidak berbahaya pada serviks sehingga skrining tidak mengidentifikasi hal tersebut sebagai abnormal.
"Namun, kanker serviks sangat langka di kelompok usia 20-an. Dalam kebanyakan kasus kelainan diatasi tanpa perlu pengobatan," terang juru bicara Public Health England dikutip Daily Mail, Rabu (29/7/2015).
Lalu, bagi wanita di bawah usia 25 tahun yang mengalami gejala paling umum kanker serviks yakni perdarahan abnormal, sebaiknya segera mengunjungi dokter untuk secepatnya didiagnosis.