Rasio Kredit Bermasalah Bank Danamon Naik Jadi 2,9%

Bank Danamon akan tetap mencoba meningkatkan kualitas kredit dengan melakukan seleksi yang ketat terhadap calon kreditur.

oleh Achmad Dwi Afriyadi diperbarui 28 Jul 2015, 19:40 WIB

Liputan6.com, Jakarta - PT Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN) mencatat rasio kredit bermasalah (gross non-performing loan/NPL) sebesar 2,9 persen pada semester I 2015. Rasio kredit bermasalah tersebut naik dari periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat di level 2,1 persen.

Direktur Keuangan Bank Danamon, Vera Eve Lim mengatakan, kredit bermasalah perseroan mayoritas disumbang dari pembiayaan alat berat terutama kredit-kredit yang berasal dari sektor tambang.

Vera melihat, kenaikan tersebut bukan hal yang luar biasa karena rasionya masuh di bawah batas yang diwajibkan oleh regulator yaitu di level 5 persen. "NPL meningkat sejalan dengan tren perbankan. Tren ini masih pada tingkatan yang wajar," kata di Jakarta, Selasa (28/7/2015).

Akan tetapi, Bank Danamon akan tetap mencoba meningkatkan kualitas kredit dengan melakukan seleksi yang ketat terhadap calon kreditur. "Banyak effort terutama bagaimana kapasistas collection supaya aktiva terjaga. Saya perkirakan semester II mudah-mudahan tidak berbeda semester I," ujarnya.

Sebagaimana diketahui, penyaluran kredit Bank Danamon melambat 3 persen dari sebelumnya yaitu dari Rp 140,6 triliun menjadi Rp 136,3 triliun. Kredit usaha mikro melalui dana simpan pinjam (DSP) sebesar Rp 17,4 triliun turun 15 persen dibanding periode sama tahun sebelumnya Rp 20,4 triliun.

Kredit kendaraan bermotor dan pembiayaan konsumen melalui Adira Finance turun 4 persen menjadi Rp 48,6 triliun. Lalu, kredit segmen perbankan korporasi turun 5 persen ke angka Rp 17,7 triliun.

Namun, kredit UKM mencatat pertumbuhan sebesar 7 persen menjadi Rp 21,6 triliun. Kredit ke segmen ritel, termasuk kredit kepemilikan rumah dan kredit tanpa agunan tumbuh 16 persen menjadi Rp 11,4 triliun.

Kredit segmen syariah Bank Danamon tumbuh 46 persen menjadi Rp 2,8 triliun dari sebelumnya Rp 1,9 triliun. Segmen komersial stagnan pada angka Rp 14,9 triliun. (Amd/Gdn)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya