PLN Rugi Rp 10,5 Triliun pada Semester I 2015

PLN pada April 2015 telah melakukan transaksi lindung nilai atas sebagian kewajiban dan hutang usaha dalam bentuk valuta asing.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 29 Jul 2015, 16:46 WIB
Listrik PLN. (Agus Trimukti/Humas PLN)

Liputan6.com, Jakarta - PT PLN (Persero) mencatat kerugian bersih pada Semester I 2015 sebesar Rp 10,5 triliun. Nilai kerugian tersebut turun Rp 25 triliun dibanding dengan Semester I 2014 yang tercatat Rp 35,5 triliun.

Sekretaris Perusahaan PT PLN (Persero) Adi Supriono, mengatakan, laba usaha Perseroan pada semester I 2015 tercatat Rp 24,7 triliun, turun sebesar Rp 4,1 triliun atau 14,2 persen dibanding periode lalu yang tercatat Rp 28,8 triliun.

"Penurunan laba bersih ini terutama karena adanya rugi selisih kurs yaitu dari laba kurs Rp 4,4 trilliun pada Semester I 2014 menjadi rugi kurs Rp 16,9 trilliun pada Semester I 2015," kata  Adi, di Jakarta, Rabu (28/7/2015).

Menurut Adi, dengan diberlakukannya Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan (ISAK) 8 mulai tahun 2012, maka sebagian besar transaksi tenaga listrik antara PLN dengan pengembang listrik swasta (Independent Power Producer/IPP) dicatat seperti transaksi sewa guna usaha.

Kondisi ini berdampak pada liabilitas hutang valuta asing PLN yang meningkat signifikan dan laba rugi PLN sangat berfluktuasi dipengaruhi oleh nilai tukar rupiah terhadap valuta asing.

Untuk mengurangi beban akibat mata uang rupiah terdepresiasi terhadap mata uang asing terutama dolar Amerika Serikat (AS), PLN pada April 2015 telah melakukan transaksi lindung nilai atas sebagian kewajiban dan hutang usaha dalam bentuk valuta asing.

Adi melanjutkan, total pendapatan usaha pada Semester I 2015 sebesar Rp 132,54 triliun, lebih rendah Rp 14,5 triliun atau turun 9,8 persen dibandingkan dengan Semester I 2014 yang tercatat Rp 147,01 triliun.

Meski secara total pendapatan mengalami penurunan, namun pendapatan penjualan tenaga listrik PLN pada Semester I 2015 naik menjadi Rp 101,3 triliun. Kenaikannya sebesar Rp 15,5 triliun atau 18,1 persen  dibanding periode yang sama tahun lalu yang tercatat Rp 85,7 triliun.

Pertumbuhan pendapatan tersebut disebabkan oleh kenaikan volume penjualan kilo Watt hour (kWh) semester I 2015 sebesar 99,4 Terra Watt hour (TWh) atau naik 1,8 persen dibanding dengan periode yang sama tahun lalu sebesar 97,6 TWh, serta adanya kenaikan harga jual rata-rata dari sebesar Rp 878,44 per KWh menjadi Rp 1.018,87 per KWh. (Pew/Gdn)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya