Liputan6.com, Jakarta - Tercatat 9 gempa mengguncang sejumlah daerah di Tanah Air dalam 4 hari terakhir. Gempa menyebar dari Sumatera sampai ke Papua. Menanggapi situasi tersebut, perusahaan asuransi umum mengaku tidak tekor dengan bencana alam yang bertubi-tubi ini.
Direktur Eksekutif Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) Julian Noor mengatakan, pihaknya belum mencatat nilai klaim asuransi akibat gempa bumi tersebut. Pasalnya diakui dia, sebagian besar gempa terjadi di daerah pelosok atau remote area.
"Belum ada datanya berapa nilai klaim, tapi kebanyakan sekarang pusat gempanya di remote area. Bangunan rumah milik masyarakat setempat tidak mereka asuransikan. Jadi kalau retak atau rusak, ya sudah," ujar dia saat dihubungi Liputan6.com, Jakarta, Kamis (30/7/2015).
Kata Julian, masyarakat di wilayah pelosok maupun daerah terpencil belum memiliki kesadaran cukup untuk membeli polis asuransi gempa bumi atau menjamin rumahnya dengan sebuah proteksi asuransi. "Kejadian gempa muncul di daerah yang jauh dari perkotaan," terangnya.
Saat ini, sambung dia, tren asuransi mengarah pada bangunan milik pemerintah, seperti gedung Kementerian dan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Lanjutnya, asuransi umum pun banyak meng-cover bangunan komersial, perkantoran, hotel, apartemen, pabrik, gudang dan lainnya. "Itupun mereka yang letaknya di pusat kota," ucap Julian.
Dia mengaku, jika banjir klaim akibat gempa, perusahaan asuransi umum tidak akan tekor atau merugi karena ada perusahaan reasuransi yang menanggungnya.
"Dia (perusahaan asuransi) akan menghitung berapa mampu menanggung, selebihnya reasuransikan. Jadi ada share dengan perusahaan reasuransinya. Atau membatasi asuransi terlalu banyak di satu tempat yang mungkin terjadi gempa bumi," pungkas Julian. (Fik/Ndw)
Energi & Tambang