Liputan6.com, Karachi - Dinas Intelijen Afghanistan akhirnya memastikan bahwa Pemimpin Taliban Mullah Mohammed Omar telah meninggal bulan April 2013 di Pakistan. Hal ini disampaikan oleh juru bicara Presiden Ashraf Ghani melalui keterangan tertulisnya.
Di bawah kepemimpinan Omar, Taliban memberikan perlindungan kepada pemimpin Al Qaeda Osama bin Laden.
Kendati demikian, wakil juru bicara Gedung Putih Erc Schultz belum bisa mengkonfirmaskan kematian Omar. Namun ia percaya bahwa kemungkinan besar laporan tersebut benar. Eric menambahkan bahwa agen mata-mata akan bekerja keras untuk membuktikan laporan ini.
Sementara itu, juru bicara intelijen Afghanistan Haseeb Sediqi mengatakan bahwa Omar meninggal di sebuah rumah sakit di Karachi, Pakistan di bulan April 2013.
"Direktur Keamanan Nasional --badan intelijen Afghanistan-- telah lama mengetahui kematiannya dan telah menyampaikan hal itu kepada parlemen," kata Sediqi seperti dikutip dari CNN Kamis (30/7/2015).
Advertisement
Sediqi juga sudah 3 kali menyebut dalam setiap kesempatan berbicara dengan media, bahwa Omar telah tewas.
Penasehat senior untuk presiden Afghanistan, Omar Samad mengatakan, "Sudah banyak kejanggalan dan indikasi bahwa ia tewas setidaknya dua tahun lalu."
Omar juga menekankan, bahwa kematiannya akan membawa hal positif untuk perjanjian damai antara Taliban dan pemerintah.
"Ada permasalah serius dalam meneruskan kepemimpinan Taliban. 'Perpecahan' antara pengikut garis kerasnya dan kelompok yang menginginkan rekonsiliasi. "
Sumber yang biasa kontak kepada Taliban mengatakan kepada CNN, bahwa para pemimpin senior lain dalam kelompok itu juga mengakui bahwa Omar telah meninggal. Sumber itu bertemu dengan salah satu pemimpin senior Taliban minggu lalu, dan mengatakan bahwa butuh waktu untuk mengumumkan kematiannya.
Sumber yang sama juga mengatakan bahwa ada dua versi kematian Omar: meninggal di rumah sakit di Karachi atau di sebuah desa tempat ia lahir.
"Kematian pemimpin Taliban ini membawa hal positif dalam negosiasi antara Taliban dan pemerintah Afghanistan," kata sumber CNN tersebut.
Salah satu mantan pejabat senior AS yang telah lama bergelut dalam isu Afghanistan mengatakan, akan ada perubahan drastis setelah Omar tewas.
"Saya lebih percaya rumor bahwa Omar telah tewas sejak saya mengamati banyak gesekan serius di antara pejabat senior Taliban," ucap pejabat itu.
"Kalau Omar masih hidup, tidak mungkin ia membiarkan hal ini terjadi. Ia akan melakukan sesuatu tindakan yang seakan membantah kematiannya."
Bagaimana Nasib Taliban?
Kematian Mullah Omar sepertinya membawa keuntungan untuk ISIS, yang sedang mencari celah Afgan Taliban dan Pakistan Taliban.
"Beberapa orang di kelompok Taliban yang tidak puas dengan kondisi Taliban sekarang lebih memilih untuk bergabung dengan ISIS," kata penasehat presiden Afghanistan, Samad.
"Berita buruknya adalah para kelompok garis keras lainnya menjadi kelompok independen yang bisa saja bergerak sendiri atau ikut ISIS. Itu skenario terburuk buat kita," tutur pejabat senior AS.
Sebelumnya, kematian Mullah Omar yang berhembus dari tahun 2011 selalu dibantah oleh pihak Taliban.
Awal tahun ini, Taliban menerbitkan 'biografi' yang menyebut Mullah Omar masih hidup. Potongan tulisan itu dimuat dalam website mereka. Tujuannya untuk mematahkan rumor kematiannya.
Dan baru dua minggu lalu, Taliban mengeluarkan pernyataan atas nama Mullah Omar bahwa ia mendukung perdamaian antara Taliban dan pemerintah Afghanistan.
Mullah Omar adalah pemuka agama di desa terpencil. Ia menciptakan Taliban yang dalam bahasa Pastho berarti 'murid' di tahun 90-an untuk mengusir Uni Soviet dan membentuk negara berdasarkan hukum Islam. Tujuan lainnya adalah mengusir dan menghapus apapun yang berbau 'asing' di negaranya. Grup militan tersebut menjadi terkenal sejak saat itu.
Keberhasilan Taliban mengontrol Afghanistan, membuat Mullah Omar mendeklarasikan bahwa wilayah itu adalah negara Islam paling asli di dunia. Sehingga ia menyebut dirinya sebagai Amir-ul-Mukminin, yang berarti pemimpin bagi seluruh muslim.
Ia kemudian menjadi pemimpin de facto Afganistan dari tahun 1996 hingga akhir 2001, sampai AS dan sekutunya menyerang Taliban karena menolak menyerahkan Osama bin Laden yang menjadi otak penyerangan 9/11.
Hal tersebut menjadikan Taliban semakin 'agresif' menyerang hingga sekarang, meskipun AS dan NATO membalas serangan mereka yang berakibat berkurangnya kekuatan kelompok militan itu.
Misi pertempuran AS di Afghanistan berakhir tahun 2014 lalu, digantikan oleh militer Afghanistan untuk melibas Taliban. Meski sebelumnya pemerintah Negeri Paman Sam itu pernah menawarkan hadiah AS$10 juta, untuk informasi mengenai keberadaan Omar.
Sejauh ini, ribuan pasukan NATO masih tinggal di wilayah itu untuk membantu pelatihan dan mendukung militer.
(Rie/Tnt)