Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah China tengah gencar menindak penjualan produk palsu. Sebab penelitian yang dilakukan pemerintah menunjukkan lebih dari 40 persen barang yang dijual secara online di negara ini terbukti palsu. Pebisnis, dan konsumen, sekarang bahu-membahu memerangi barang tiruan.
Melansir laman NHK, Jumat (31/7/2015), Pemerintah China khawatir karena kini wisatawan lokal dan asing membanjiri pusat perbelanjaan di Beijing. Ratusan pengecer menjual barang merek terkenal. Namun, banyak barang tiruan yang dijual di sana. Harganya sekitar sepersepuluh dari produk asli. Setiap tahunnya, jutaan wisatawan membeli produk tersebut.
Adalah Wang Hai seorang pelindung konsumen, menggugat salah satu toko yang digunakan untuk menjual barang- barang palsu, dan akhirnya menyebabkan penutupan toko tersebut.
Wang menunjukkan toko pertama yang ia gugat. Dia juga memimpin sebuah kelompok yang bisa bertugas mengidentifikasi produk palsu. Masyarakat menyebutnya kelompok wang counterfeit busters atau pemburu barang palsu.
Advertisement
Dia sejauh ini telah menangani lebih dari 3.000 kasus. Dia berusaha menyeret pemalsu hingga ke meja hijau. Para pemalsu yang terbukti harus membayar denda cukup besar.
Aksi Wang saat kegiatan perlindungan konsumen menarik perhatian nasional. Banyak orang lain mulai mengikuti jejaknya, memproklamirkan diri sebagai counterfeit busters, yang saat ini beranggotakan sekitar 100.000 orang.
Wang mengatakan, negara kapitalis membolehkan konsumen untuk membentuk organisasi melawan usaha tidak jujur, tetapi China tidak pernah memiliki kelompok pelindung hak-hak konsumen.
Tindakan Perusahaan
Perusahaan pembuat alat musik di Shanghai ikut mendirikan divisi khusus untuk memerangi pihak yang menyalin mereknya. Manajer perusahaan tersebut telah menemukan banyak barang bajakan dijual secara online. Akan tetapi penjual tersebut sering mengubah identitas online mereka, dan melanjutkan penjualan di tempat lain.
Li Sufang, pembuat alat musik kecapi lebih dari 30 tahun mengajarkan rekan-rekannya bagaimana mengidentifikasi kecapi palsu.
Kecapi palsu terlihat hampir serupa, tetapi profesional bisa membedakannya. Li mengatakan, senar kecapi terasa berbeda ketika disentuh. Dia mengatakan, tanpa pengetahuan yang detil tentang kecapi, mungkin bisa saja tertipu.
Rekan Li akhirnya melacak pembuat kecapi palsu ke sebuah desa pertanian miskin di Provinsi Henan. Mereka pergi ke sana dengan polisi setempat. Seorang pembuat kecapi palsu tersebut marah, dan berteriak pada mereka untuk jangan mengambil kecapi palsu buatannya.
Kebanyakan produk palsu dibuat di daerah miskin. Jutaan orang yang hidup dalam kemiskinan menggantungkan hidup pada industri barang palsu. Wang Hai mengatakan kesenjangan ekonomi lebar menjadi masalah di negaranya ."Counterfeit busters" menyerukan aksi kepada seluruh warga untuk mendapatkan kredibilitas dalam pemberian label "Made in China". (Ilh/Nrm)