Liputan6.com, Jakarta - PT Adaro Energy Tbk (ADRO) akan membangun pembangkit tenaga listrik uap (PLTU) mulut tambang dengan total kapasitas 3.000 megawatt (MW). Hal ini merupakan langkah perseroan menghadapi fluktuasi harga batu bara di pasar internasional.
Dengan ekspansi perseroan ke bisnis listrik, itu artinya Adaro bakal berubah jadi perusahaan energi yang bergerak dari hulu ke hilir. Menurut CEO Adaro Garibaldi Thohir, saat ini kinerja perseroan masih bergantung pada penjualan batu bara sebagai bahan bakar.
Advertisement
Padahal harga batu bara di pasar internasional sangat fluktuatif. Sementara jika Adaro masuk ke bisnis PLTU, walaupun margin-nya tidak besar tapi dari sisi pendapatan akan lebih stabil.
"Dengan demikian, Adaro memiliki mekanisme hedging alami terhadap fluktuasi harga batu bara di pasar internasional," tutur Pria yang akrab disapa Boy Thohir itu dalam acara halalbihalal dengan pemimpin redaksi media massa nasional di Jakarta, Kamis (30/7/2015) malam.
Di dunia, lanjut dia, ada dua perusahaan tambang batu bara terbesar yaitu Shenhua, China dan Peabody Energy Corporation, Amerika Serikat (AS). Model bisnis Peabody fokus pada penjualan batu bara. Sementara Shenhua, selain jual batu bara juga perusahaan energi yang memiliki pembangkit listrik, infrastruktur pengangkut batu bara, kimia dan petrokimia.
"Dalam menjalankan bisnis, Adaro lebih mencontoh perusahaan di China tersebut," tuturnya.
Untuk merealiasasikan rencana tersebut, Adaro tengah mengikuti tender proyek listrik seperti PLTU Mulut Tambang Sumsel 9 dan 10 dengan total kapasitas 1.800 MW dan juga akan ikut lelang PLTU Jawa 5 dan 7.
Tak hanya itu, Adaro juga akan membangun PLTU di Batang berkapasitas 2x1.000 MW yang saat ini proses pembebasan lahannya sudah hampir selesai. Kemudian, ada PLTU 2x30 MW dan 2x100 MW di Kalimantan Selatan yang sudah kontraknya sudah dikantongi Adaro.
Langkah yang diambil perseroan sejalan dengan program pemerintah yang akan membangun pembangkit listrik dengan total kapasitas 35 ribu MW. Saat ini Adaro tercatat telah memiliki pembangkit listrik mulut tambang berkapasitas 2x30MW di Tanjung, Kalimantan Selatan. (Mohamad Teguh/Ndw)