Beban Naik, Laba Bersih Unilever Tumbuh Tipis

Pendapatan PT Unilever Indonesia Tbk naik tipis 6,93 persen menjadi Rp 18,8 triliun hingga semester I 2015.

oleh Agustina Melani diperbarui 03 Agu 2015, 08:20 WIB
PT Unilever Indonesia Tbk akan dipimpin oleh Hemant Bakshi, warga negara India yang mengawali karier bersama Unilever di India sejak 1989.

Liputan6.com, Jakarta - PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) membukukan kinerja keuangan positif sepanjang semester I 2015. Akan tetapi, kinerja itu relatif naik tipis. PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) mencatatkan laba periode berjalan naik tipis 2,9 persen menjadi Rp 2,93 triliun pada semester I 2015 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 2,84 triliun.

Hal ini diikuti pendapatan naik terbatas 6,93 persen ke level Rp 18,8 triliun sepanjang semester I 2015 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 17,58 triliun. Harga pokok penjualan pun naik menjadi Rp 9,27 triliun pada semester I 2015. Sehingga membuat laba kotor naik menjadi Rp 9,52 triliun hingga semester I 2015.

Beban pemasaran dan penjualan naik menjadi Rp 3,77 triliun pada semester I 2015 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 3,44 triliun. Sedangkan beban umum dan administrasi juga naik menjadi Rp 1,8 triliun pada semester I 2015.

Dengan melihat kinerja keuangan itu, laba bersih per saham dasar naik menjadi Rp 384 per saham pada semester I 2015 dari periode sama tahun sebelumnya Rp 373. Demikian mengutip dari keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (3/8/2015).

Dalam riset PT Henan Putihrai menyebutkan pertumbuhan pendapatan PT Unilever Indonesia Tbk melambat dibandingkan semester I 2014 sebesar 14 persen. Perlambatan itu dipicu oleh perlambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang semester I 2015 yang berdampak pada melemahnya daya beli masyarakat, inflasi cukup tinggi, dan juga kenaikan rata-rata harga penjualan sebesar 1 persen pada April 2015.

Laba bersih masih mencatatkan pertumbuhan sebesar 3 persen sepanjang semester I 2015, namun kuartal II 2015 perusahaan mencatatkan penurunan sebesar 10 persen Year on Year (YoY) dan 10 persen QoQ. "Kami menilai perlambatan pertumbuhan pendapatan itu didorong oleh usaha perusahaan dalam menjaga porsi margin perusahaan, sebagai imbas dari perlambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia," tulis riset PT Henan Putiharai.

Riset Henan Putihrai pun memberikan rekomendasi hold untuk PT Unilever Indonesia Tbk. Hal itu mempertimbangkan antara lain posisi sebagai salah satu perusahaan sektor konsumsi dengan kinerja stabil dan resiliensi yang tinggi. Kedua, porsi dividen cukup tinggi dan stabil. Hal itu ditunjukkan dalam tujuh tahun terakhir perseroan mencatatkan dividen pay out ratio dengan rata-rata 92 persen. "Secara valuasi, perseroan tercatat sebagai saham dengan harga tertinggi untuk sektor saham konsumsi dengan price earning ratio 46x pada 2015 dan 40,5x pada 2016," tulis riset PT Henan Putihrai.

Meski demikian, saham PT Unilever Indonesia Tbk menghadapi risiko pelemahan. Pertama, pertumbuhan ekonomi melambat dapat menekan daya beli masyarakat sehingga berdampak pada terbatasnya penguatan yang mampu dibukan perseroan. Kedua, depresiasi nilai tukar rupiah semakin mempersempit ruang ekspansi bagi pertumbuhan margin perusahaan terutama dengan minimnya ruang bagi kenaikan harga rata-rata penjualan pada 2015. Selain itu, depresiasi juga berdampak terhadap perusahaan dengan posisi 55 persen dari total biaya perusahaan menggunakan dolar Amerika Serikat (AS). (Ahm/)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya