Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah bervariasi dengan kecenderungan menguat di awal Agustus 2015. Sentimen global dinilai masih jadi faktor utama mempengaruhi nilai tukar rupiah.
Mengutip data valuta asing Bloomberg, Senin (3/8/2015), rupiah pada pukul 11.01 waktu Jakarta menguat ke level 13.487 per dolar Amerika Serikat (AS). Nilai tukar rupiah sempat menguat ke level 13.465 per dolar AS.
Advertisement
Rupiah dibuka menguat 25 poin menjadi 13.514 per dolar AS dari penutupan perdagangan Jumat 31 Juli 2015 di level 13.539 per dolar AS. Gerak nilai tukar rupiah berada di kisaran 13.464-13.516 pada siang ini.
Sedangkan kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia (BI), rupiah melemah 11 poin menjadi 13.492 per dolar AS pada 3 Agustus 2015 dari periode 31 Juli 2015 di kisaran 13.481.
Analis Bank Danamon, Dian Eka Ayu menuturkan sentimen global terutama rencana bank sentral Amerika Serikat (AS)/The Federal Reserve menaikkan suku bunga pada September masih menekan nilai tukar rupiah. Sentimen negatif lainnya ditambah dari kekhawatiran ekonomi China melambat.
Selain itu, pelaku pasar juga menantikan rilis data pertumbuhan ekonomi kuartal II 2015 pada Selasa 4 Agustus 2015. Bila pertumbuhan ekonomi kuartal II 2015 lebih lemah dari kuartal I 2015 di kisaran 4,7 persen maka berdampak negatif untuk nilai tukar rupiah.
"Banyak sentimen global berdampak negatif ke nilai tukar rupiah sehingga penguatan rupiah hanya sementara," ujar Dian saat dihubungi Liputan6.com.
Hal senada dikatakan Analis Pasar Uang PT Bank Saudara Tbk Rully Nova. Rully mengatakan, tren penguatan dolar AS membuat mata uang emerging market tertekan termasuk rupiah. Sentimen penguatan dolar AS itu ditopang dari hasil rapat The Fed menunjukkan ekonomi AS membaik sehingga akan berdampak terhadap rencana kenaikan suku bunga AS."Kalau dari domestik juga masih banyak sentimen negatif," ujar Rully.
Ia menambahkan, pelaku pasar juga mengkhawatirkan perlambatan pertumbuhan ekonomi di kuartal II. "Daya beli masyarakat menurun akan berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi," kata Rully.
Rully menambahkan, tekanan terhadap rupiah memang masih belum mereda. Apalagi rencana kenaikan suku bunga AS masih mewarnai nilai tukar rupiah. Rupiah diperkirakan bergerak di kisaran 13.450-13.500 per dolar AS.
Dian menilai, tekanan terhadap nilai tukar rupiah masih moderat. Mengingat penguatan dolar AS berdampak terhadap mata uang lainnya di regional. Dian masih optimistis kalau rupiah akan menguat ke level 13.350 per dolar AS pada akhir 2015. Hal itu mengingat kenaikan suku bunga AS pada September 2015 akan memberikan kepastian pelaku pasar.
"Reaksi pelaku pasar sudah price in kenaikan suku bunga sehingga dampaknya terhadap pelemahan rupiah hanya sementara," kata Dian.
Dian menambahkan, fundamental ekonomi Indonesia juga masih akan baik pada 2016. Implementasi kebijakan pemerintah diharapkan mulai terasa sehingga mendukung ekonomi Indonesia. Pelaku pasar juga masih memegang aset investasi Indonesia. "Investor asing masih memegang obligasi Indonesia jadi belum ada dana keluar signifikan dari obligasi sehingga pelemahan rupiah terbatas," ujar Dian. (Ahm/Ndw)