Lily Wahid: Masih Ada yang Sepuh dan Alim untuk Pimpin NU

Lily menegaskan, dia ingin mengusulkan Kiai Maemoen Zubair untuk menjadi penengah dari semua permasalahan ini.

oleh Dian Kurniawan diperbarui 04 Agu 2015, 11:39 WIB
Penasihat DKR, Lily Wahid saat peluncuran petisi nasional 'Jadikan Film Indonesia Tuan Rumah di Negeri Sendiri' yang ditujukan kepada Presiden Jokowi di Pusat Kebudayaan Rusia, Jakarta, Senin (30/3/2015). (Liputan6.com/Helmi Afandi)

Liputan6.com, Jombang - Adik kandung Abdurrahman Wahid (Gus Dur) Lily Chodidjah Wahid mengingatkan kepada semua muktamirin ‎bahwa kiai di NU itu tidak hanya 2 orang saja yaitu Mustafa Bisri dan Hasyim Muzadi. Keduanya merupakan kandidat Rais Aam dalam Muktamar ke-33 NU di Jombang, Jawa Timur.

"Ada Kiai Makruf Amin, ada Kiai Toha Mansyur, ada Kiai Toha Hasan, ada Kiai Mistahul Akhirin, semuanya alim-alim lalu ada Mbah Moen (Maemoen Zubair) yang sepuh. Kalau urusan di agama, yang sepuh harus didahulukan," tutur Lily kepada Liputan6.com di Jombang, Jawa Timur, Selasa (4/8/2015)

‎Lily menambahkan, dia masih ingat waktu Kiai Wahab Hasbullah sudah sangat uzur, kemudian muktamar di Bandung, Jawa Barat Mustafa Bisri atau Gus Mus sudah terpilih sebagai Rais Aam. Namun, Gus Mus tidak mau menjabat sebagai Rais Aam selama Wahab Hasbullah masih hidup.

"Semangat ini, saya ingin bangkitkan kembali kepada teman-teman muktamirin. Mari kita cari yang sepuh dan alim untuk kita jadikan sebagai Rais Aam lalu ada lagi Rais Aam 2 yang akan memback up beliau yang uzur ini," imbuh Lily.

Lily menegaskan, dia ingin mengusulkan Kiai Maemoen Zubair untuk menjadi penengah dari semua permasalahan ini.

"Mbah Moen kemudian diback up oleh kiai Makruf Amin dan Kiai Toha Hasan. Karena itu semua untuk mengembalikan marwah NU yang beberapa hari ini diacak-acak tidak karuan," tegas cucu pendiri NU Hasyim Asyari itu. 

Kehormatan NU

Ricuh mewarnai rapat pleno Muktamar ke-33 NU di Alun-alun Jombang, Jawa Timur, Minggu (2/8/2015) malam. (Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Lily juga mengoreksi pro-kontra ‎antara kubu yang menginginkan sistem ahlul halli wal aqdi (Ahwa) atau perwakilan semacam tim formatur untuk memilih Rais Aam PBNU dan voting.

"Sebetulnya bagus-bagus saja karena itu merupakan hasil Munas ulama, tetapi teman-teman yang pro Ahwa ini lupa bahwa hasil Munas ulama ini jadi keputusan muktamar dulu untuk bisa dilaksanakan," jelas Lily

Dia mengaku memahami ada konflik tersebut. Namun kurang bijak dalam pertentangan dalam sistem pemilihan Rais Aam.

Lily menilai, pernyataan Gus Mus yang mengundang haru biru banyak orang lebih sebagai budayawan daripada seorang kiai yang menggugah hati orang banyak. "Tetapi yang tersisa, apa besok? NU yang beberapa hari ini sudah diacak-acak tidak karuan ini apakah masih punya kesempatan untuk mengambil kembali penghormatannya," ujar Lily

Lily mengatakan, NU dipermalukan oleh muktamirin yang lebih mementingkan emosi mereka.

"Mereka pikir NU itu sebagai kendaraan yang sudah disiapkan oleh para pendiri-pendirinya. Tanpa mempertimbangkan bahwa itu betul-betul mempermalukan para pendiri," kata Lily.

"Jadi saya selalu mendoakan kalau besok itu, dalam waktu yang beberapa jam ini, Allah akan memberikan pencerahan kepada para peserta atau muktamirin agar mau melihat alternatif. Memilih pemimpinnya yang lebih sepuh dan lebih alim," pungkas Lily. (Mvi/Mut)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya