Rupiah Anjlok, Perusahaan Kapal Asing Keruk Untung Besar

Saat rupiah melemah, perusahaan kapal asing sesuka hati dalam menentukan kurs rupiah.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 04 Agu 2015, 18:56 WIB
Ilustrasi Nilai Tukar Rupiah (Liputan6.com/Andri Wiranuari)

Liputan6.com, Jakarta - Lembaga Konsultasi Kepabeanan dan Pengkajian Kadin DKI Jakarta mengungkapkan, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menjadi tekanan berat bagi industri pelayaran Indonesia. Pasalnya, depresiasi kurs tersebut dijadikan bisnis penukaran uang dan spekulasi.

Hal ini disampaikan Sekretaris Lembaga Konsultasi Kepabeanan dan Pengkajian Kadin DKI Jakarta, Adil Karim. Dia mengatakan, banyak perusahaan kapal asing yang mematok kurs rupiah di level tinggi untuk para eksportir dan importir yang menggunakan jasa pelayaran.

"Perusahaan kapal asing sesuka hati mereka menentukan kurs rupiah, bahkan lebih tinggi dari money changer. Ada yang Rp 14.000, Rp 15.000, bahkan Rp 17.000 per dolar AS. Orang gila!," ketus dia saat Diskusi Dwelling Time di kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Selasa (4/8/2015).   

Diakui Adil, hal ini terjadi lantaran tidak ada pengawasan dari Bank Indonesia (BI) usai memberlakukan kebijakan penggunaan rupiah di wilayah NKRI. BI, sambungnya, melepas begitu saja kurs rupiah di pasar tanpa mematok nilai tukar untuk dunia usaha termasuk eksportir dan importir.

"Sudah menjadi spekulasi semua, karena semua sudah bermain di sini. Jadi bukan bisnis pelayaran lagi, tapi bisnis penukarang uang atau bisnis spekulasi," terangnya.

Adil menjelaskan, selama ini eksportir dan importir menggunakan jasa kapal dari perusahaan asing memakai invoice dalam denominasi dolar AS. Namun pengusaha membayarnya dengan kurs yang telah ditetapkan perusahaan kapal.

"Seharunya kan dijadikan satu paket. Jadi pakai kurs bea masuk yang ditetapkan BI yang setiap minggu berubah. Supaya enggak ada spekulasi lagi," harap Adil.

Menyikapi pelemahan rupiah, tambah dia, sebagian besar importir melakukan wait and see sambil menunggu kondisi rupiah lebih stabil. "Mereka wait and see, masih nunggu. Tapi enggak banyak penurunan impor karena pelemahan, hanya beberapa persen saja," pungkasnya. (Fik/Ndw)

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya