Muncul 9 Nama Kiai Anggota AHWA Penentu Rais Aam NU

Ketua Panitia Pelaksana Muktamar ke-33 NU Saifullah Yusuf mengatakan, nama-nama anggota Ahwa memang sedang digodok oleh Forum Syuriah.

oleh Dian Kurniawan diperbarui 05 Agu 2015, 15:09 WIB
Suasana Sidang Pleno III Muktamar NU 33 yang digelar di Alun-alun Jombang, Jawa Timur, Rabu (5/8/2015). Sidang pleno yang sempat ditunda di buka pagi ini dengan agenda pengesahan hasil sidang-sidang komisi. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jombang - Setelah Forum Syuriah memutuskan pemilihan Rais Aam PBNU menggunakan sistem ahlu halli wal aqdi (AHWA), muncul beberapa nama kiai yang masuk sebagai anggota Ahwa.‎ Para kiai itu akan menentukan siapa Rais Aam PBNU dalam Muktamar ke-33 NU di Jombang, Jawa Timur.

Sebanyak 9 nama anggota Ahwa itu adalah KH Tolkhah Hasan dari Malang, Jawa Timur, KH Nawawi Abdul Jalil dari Sidogiri, Jawa Timur, KH Tuan Guru Turmudzi Baidrudin dari Nusa Tenggara Barat, KH Dimyati Rois dari Jawa Tengah, KH Maktum Hanan dari Jawa Barat, KH Makruf Amin dari DKI Jakarta, KH Ali Akbar Marbun dari Sumatera Utara, KH Kholilurrohman dari Kalimantan Selatan, dan KH Sanusi Baco dari Sulawesi Selatan. Nama-nama tersebut, beredar di kalangan media di area muktamar.

Ketua Panitia Pelaksana Muktamar ke-33 NU Saifullah Yusuf mengatakan, nama-nama anggota Ahwa memang sedang digodok oleh Forum Syuriah.

"Ya nanti nama-nama anggota Ahwa akan diumumkan di hadapan muktamirin. Karena memang hak muktamirin untuk disetujui. Nanti akan diumumkan di forum bukan di sini," tutur Saifullah Yusuf atau Gus Ipul di Media Center Muktamar ke-33 NU, Rabu (5/8/2015).

Sementara itu, Rais Syuriah PWNU Jawa Timur KH Miftahul Akhyar mengatakan, mekanisme Ahwa ini cukup vital dalam penentuan pucuk pimpinan tertinggi dalam NU. Rais Aam terpilih dalam muktamar ini berhak menolak bakal calon ketua umum PBNU, sebelum diserahkan kepada muktamirin.

"Siapapun yang bakal calonnya akan dimintakan restu dahulu kepada Rais Aam sebelum ditetapkan sebagai calon. Setelah calon direstui baru kemudian dikembalikan ke muktamirin," kata Pengasuh Pondok Pesantren Miftahul Jannah.

"Legitimasi Rais Aam lebih tinggi dibanding lainnya, sebab dia merupakan pemimpin tertinggi organisasi. Untuk menjadi Rais Aam juga tidak mudah. Memiliki keilmuan tinggi, terutama fiqih harus alim, mampu sebagai motor penggerak organisasi," pungkas KH Miftahul Akhyar. (Mvi/Mut)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya