Liputan6.com, Jakarta - Jalani pola hidup yang sehat saja tidak cukup agar terhindar dari serangan jantung. Kita harus selalu berpikir proaktif dengan melakukan deteksi dini. "Di sinilah peran seorang dokter. Kita datang ke dokter dan menanyakan bagaimana atau seberapa besar risiko saya alami serangan jantung? Nanti dokter akan melakukan penilaian risiko pasien tersebut, sudah sampai di mana risikonya," kata dr. Sony Hilal Wicaksono, Sp.JP.
Deteksi dini paling umum yang dapat kita lakukan adalah paket medical check-up yang mengandung rekam jantung dan treadmill test. Menurut Sony cara itu yang paling sederhana dan paling terjangkau.
Advertisement
"Semua orang awam sudah tahu, kalau ingin mencegah serangan jantung, tentu kita harus jalani gaya hidup sehat. Pola makan, pola istirahat, dan keseharian harus diperhatikan. Kita juga harus melakukan deteksi dini yang kerap dilupakan," kata Spesialis Jantung Pembuluh Darah Rumah Sakit Pondok Indah-Puri Indah kepada Health Liputan6.com di Ruang Mawar Executive Health Check Up RSPI-Pondok Indah ditulis Kamis (6/8/2015)
Untuk hasil yang lebih mendekati, lanjut Sony, kita dapat jalani CT-scan. "Tingkat kemampuan melihat jantung koroner lebih tinggi. Di mana yang dinilai adalah pengapuran pada pembuluh darah koroner. Bila ada pengapuran, pasien tersebut dianggap memiliki penyakit jantung koroner," kata Sony melanjutkan.
Jika ingin mendapat hasil lebih akurat, kita dapat jalani prosedur coronary angiografi untuk memeriksa pembuluh darah arteri jantung. "Seperti calsium score, tapi menggunakan kontras dan gambar yang dilihat lebih lengkap. Pembuluh darah secara menyeluruh dapat terlihat semua," kata Sony menambahkan.
Risiko serangan jantung rentan dialami seorang pasien penyakit jantung koroner. Hingga saat ini, penyakit jantung masih berada di posisi teratas penyakit yang menyebabkan kematian utama di negara maju. Tak terkecuali di Indonesia.