Liputan6.com, Kairo - Mesir membuka Terusan Suez barunya pada Kamis pekan ini. Pembukaan Terusan Suez ini merupakan rencana besar Presiden Abdel Fattah al-Sisi untuk merevitalisasi perekonomian setelah bertahun-tahun mengalami krisis politik.
Meski demikian, beberapa analis dan ekonom mengatakan mega-proyek tersebut mungkin gagal untuk memenuhi harapan.
Advertisement
Terusan Suez baru diumumkan oleh Sisi tahun lalu, dan dinobatkan sebagai prestasi besar nasional setara dengan nasionalisasi terusan Suez oleh Presiden Gamal Abdel Nasser pada 1956 dan pembangunan Bendungan Aswan.
Pembangunan Terusan Suez diperkirakan menelan biaya US$ 8,2 miliar atau sekitar Rp 110,99 triliun (asumsi kurs Rp 13.536 per dolar Amerika Serikat). Pembangunan itu mencakup 35 KM waterway paralel yang sudah ada semenjak 145 tahun lalu. Hal itu merupakan penghubung jalur laut terdekat antara Asia dan Eropa.
Biaya pembangunan juga mencakup pendalaman dan pelebaran dari kanal, yang mana akan memotong waktu transit kapal menuju selatan dan memudahkan kapal tersebut memang lebih besar.
Akan tetapi, Otoritas Terusan Suez optimistis dapat memperoleh pendapatan US$ 13,23 miliar per tahun hingga 2023 dibandingkan 2014 sekitar US$ 5,3 miliar. Jumlah kapal akan bertambah setiap hari dari 49 menjadi 97 selama periode sama.
Namun ada juga pihak lain skeptis terhadap proyeksi tersebut lantaran perdagangan dunia lesu. Ekonom American University Ahmed Kamaly di Kairo menuturkan, target tersebut merupakan "angan-angan". "Tidak ada studi kelayakan yang dilakukan untuk menilai kelayakan proyek," kata Kamaly, seperti dikuti dari laman Reuters, Jumat (7/8/2015).
Sementara itu, William Jackson dari Capital Economics menuturkan, perdagangan dunia harus tumbuh 9 persen per tahun sampai 2023. Angka itu lebih tinggi 3 persen dari rata-rata empat tahun terakhir. Sejak 2011, pertumbuhan pendapatan Terusan Suez kurang baik bahkan untuk mengimbangi pertumbuhan perdagangan dunia.
Ia menambahkan, volume perdagangan global meningkat rata-rata 2,9 persen pada 2011-2014, pendapatan Terusan Suez naik hanya 2 persen selama periode sama.
Sedangkan Konsultan C-Level Global Risk, Michael Frodl menuturkan, kemungkinan ada risiko lebih lanjut dari perluasan Terusan Panama yang direncanakan selesai pada 2016. "Ini bisa mencuri rute lalu lintas dari Asia-Amerika Utara. Kedua terusan itu bersaing, kata Michael. (Ilh/Ahm)