Liputan6.com, Malang - El Nino memperpanjang musim kemarau di Indonesia. Perubahan iklim ini menyebabkan sejumlah daerah dilanda kekeringan. Bencana tersebut tidak hanya menyebabkan kelaparan. Roda perekonomian warga setempat pun mandeg karena lahan tidak bisa memberi hasil.
Sejumlah petani padi di Kabupaten Malang, Jawa Timur, mengubah haluan untuk tetap bertahan pada kondisi sulit.
Advertisement
Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Malang, Tommy Herawanto, mengatakan perubahan pola cocok tanam itu telah disepakati antara para petani dan petugas penyuluh lapangan.
"Kalau para petani tetap memaksa menanam padi saat musim kemarau, bisa berdampak kekeringan dan gagal panen. Karena itu, telah ada pemahaman dan kesepakatan agar mengubah pola tanam saat masuk musim kemarau," urai Tommy di Malang, Jumat (7/8/2015).
Ada 27.000 hektare lahan yang diubah menjadi perkebunan palawija, dari total 43.000 hektare lahan Kabupaten Malang, Jawa Timur.
Menurut dia, sebagian besar lahan pertanian padi yang berubah jadi palawija berada di kawasan Malang selatan, misalnya di Kecamatan Sumbermanjing Wetan, Donomulyo dan Kalipare. Wilayah ini termasuk kawasan rawan kekeringan.
Sejauh ini sudah ada laporan sebanyak 10 hektare lahan pertanian padi di Kecamatan Sumbermanjing Wetan yang mengalami kekeringan dan terancam gagal panen. Dinas Pertanian dan Perkebunan sendiri telah menyediakan pompa air untuk membantu petani mendapat air dari sungai yang debit airnya masih tinggi.
"Mayoritas sawah di Kabupaten Malang ini sawah tadah hujan, pasti kesulitan air jika musim kemarau tiba. Sejauh ini kami baru menerima laporan ada 10 ha sawah padi mengalami kekeringan," ujar Tommy.
Kabupaten Malang pada tahun ini menargetkan surplus produksi padi sebanyak 72.000 ton dari total target produksi padi sebanyak 500.000 ton pada tahun ini. Pemkab setempat tetap optimistis target itu bisa terpenuhi. (Bob/Mut)