Liputan6.com, Jakarta - Selasa malam 4 Agustus 2015 lalu, kepanikan menyerang warga Jalan Basuki Rahmat, Jatinegara, Jakarta Timur. Api dengan cepat membakar puluhan rumah dan kios di Pasar Gembrong.
Para warga berupaya memadamkan api dengan peralatan seadanya menggunakan air di kali, namun itu tidak banyak membantu.Setelah belasan unit mobil pemadam kebakaran tiba di lokasi, api baru bisa dikuasai. Tetapi karena lokasi kebakaran berada di pemukiman padat, api baru bisa dipadamkan 2 jam kemudian.
Advertisement
Api diduga berasal dari sisa pembakaran sampah di kolong jembatan yang menyambar kabel listrik hingga mengakibatkan hubungan pendek arus listrik. Di sekitar Pasar Gembrong memang terdapat pemukiman padat penduduk.
Kolong jembatan kerap dimanfaaatkan sebagai WC, tempat sampah, hingga tempat warga kumpul-kumpul dan menggelar lapak. Di kolong jembatan inilah para warga membakar sampah. Meski api sudah dimatikan, rupanya sisa api kembali menyala dan kemudian meluas hingga menghanguskan pemukiman di sekitarnya. Dalam beberapa rumah yang terbakar juga ditemui perabotan dan barang-barang yang mudah terbakar seperti mainan yang biasa dijual di Pasar Gembrong.
Sehari sebelum Pasar Gembrong terbakar, puluhan rumah di Kampung Jagal, Cipinang Besar, Jakarta Timur juga ludes terbakar. Kebakaran diduga dari ledakan kompor gas. Api dengan cepat membesar dan melahap puluhan rumah yang kebanyakan semi permanen.
Rata-rata penyebab kebakaran adalah korsleting atau hubungan arus pendek atau faktor kelalaian manusia. Selain panas yang membuat rawan percikan api, di musim kemarau sumber air untuk memadamkan api juga kerap sulit didapatkan.
Potensi kebakaran juga tinggi di ruang terbuka yang ditumbuhi semak atau alang-alang. Semak kering memicu timbulnya api karena suhu udara yang tinggi.Rawa-rawa kering juga rawan terbakar karena panas bisa menimbulkan api apalagi jika ditambah banyaknya sampah. Belum lagi jika kebakaran lahan terjadi karena disengaja oleh ulah manusia untuk membuka lahan berkebun.
Di Jambi, ribuan hektare lahan terbakar hingga mengakibatkan asap pekat di Tanjung Jabung Barat dan Tanjung Jabung Timur. 1 titik api dipadamkan, lalu titik api lain muncul.
Di Palangkaraya, Kalimantan Tengah, api terus merambat membakar sejumlah lahan di tepi jalan. Musim kemarau panjang sangat rawan terjadinya kebakaran lahan di Palangkaraya. Meski telah diimbau, para pemilik sengaja membakar lahannya agar bisa ditanami.
Titik api yang berada di tengah hutan serta sulitnya sumber air menjadi kendala pemadaman. Para warga diminta waspada akan dampak dari kebakaran hutan dan lahan yang terus mengalami peningkatan.
Kebakaran lahan di Kabupaten Siak, Riau sudah menjalar ke areal perkebunan. Hingga pekan ketiga, kebakaran hutan dan lahan di sejumlah titik di Riau Daratan belum menunjukkan tanda-tanda akan mereda. Api sulit dikendalikan karena kanal-kanal mengering. Kebakaran di Riau melalap setidaknya 1.600 hektare lahan.
Untuk mencegah terjadinya kebakaran, ada beberapa langkah yang bisa Anda lakukan. Pastikan jenis dan cara penyambungan kabel listrik steker dan stop kontak sesuai standar keamanan. Pastikan selang kompor gas sambungan dan regulatornya sesuai standar dan tersambung dengan benar.
Singkirkan bahan mudah terbakar dekat kompor.Hindari penumpukan bahan-bahan mudah terbakar seperti kertas dan BBM. Jauhkan korek api atau korek gas dari jangkauan anak. Pastikan tempat lilin atau obat nyamuk bakar bukan bahan yang mudah terbakar.
Lalu matikan semua alat yang bisa menyebabkan terjadinya percikan api seperti kompor, setrika, dan alat elektronik lainnya saat keluar rumah. Serta potong rumput atau alang-alang kering yang rawan terbakar.Cegah pembakaran yang disengaja dan antisipasi kebakaran yang tak disengaja. Waspadalah akan meningkatnya potensi rawan kebakaran karena musim kemarau baru akan berakhir November mendatang.
Saksikan Barometer Pekan Ini selengkapnya dalam tayangan Liputan 6 Petang SCTV, Sabtu (8/8/2015) di bawah ini. (Vra/Ans)