Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas membenarkan pemerintah Malaysia akan membangun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Kalimantan. Rencana tersebut dinilai sudah mempertimbangkan peraturan internasional yang berlaku.
"Malaysia bangun PLTN di Kalimantan tapi di halaman dia (Borneo)," ucap Menteri PPN/Kepala Bappenas, Andrinof Chaniago saat berbincang dengan Liputan6.com, Jakarta, seperti ditulis Minggu (9/8/2015).
Advertisement
Mantan Pengamat Kebijakan Publik itu mengakui ada dampak positif dan negatif bagi Indonesia apabila Negeri Jiran itu membangun PLTN dekat dengan wilayah perbatasan Indonesia.
"Dampak positifnya kalau ada penawaran listrik murah, kita bisa beli dari Malaysia. Sedangkan negatifnya risiko lingkungan. Tapi kalau mereka bangun PLTN di perbatasan kita, pasti sudah ada aturannya. Jika ini berisiko buat kita, pemerintah akan menyampaikan pandangannya sesuai aturan internasional atau dasar hukum," jelas Andrinof.
Saat ini, kata Andrinof, pemerintah belum mengundang investor untuk membangun PLTN di Indonesia meski pembangkit nuklir masuk dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Panjang (RPJMP).
"Tapi bukan untuk lima tahun ini, melainkan untuk persiapan saja. Sedangkan studi kelayakan sudah jalan untuk proyek percontohan eksperimen daya walaupun ada yang tertarik kerjasama mau bangun PLTN di Indonesia, berasal dari Jerman dan Jepang," ucap dia.
Seperti diberitakan sebelumnya, Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) menyindir pemerintah Indonesia yang hanya diam dengan rencana Negara tetangga, Malaysia membangun PLTN di Kalimantan. Meski bukan di wilayah NKRI, namun dampaknya bisa mengarah ke Negara ini.Ketua Umum API, Ade Sudrajat mengungkapkan, ongkos energi dalam struktur produksi tekstil cukup besar, terutama biaya listrik yang dikenakan tarif US$ 10 sen per KwH dibanding negara lain.
"Biaya listrik memang mahal, tapi Alhamdulillah masih anti nuklir," ujar dia.
Vietnam, kata Ade, sudah membangun delapan PLTN bukan uranium. Sedangkan Indonesia sudah mempunyai reaktor nuklir di Bandung dan Serpong untuk kepentingan penelitian dan medis.
"Tapi celakanya Malaysia mau bangun pembangkit nuklir di Kalimantan. Mau beli listrik langsung dari Malaysia tinggal pasang kabel, tapi itu dampaknya (PLTN) pasti ke kita. Jadi itu kita yang pintar atau bodoh ya?," sindir Ade. (Fik/Ahm)