Jepang Siap Revitalisasi Industri Tekstil dan Gula di Indonesia

Revitalisasi industri dan produk industri tekstil dinilai menjadi sektor penting sebagai penghasil devisa cukup besar.

oleh Nurmayanti diperbarui 09 Agu 2015, 21:15 WIB
Menteri Perdagangan Periode 2014 - 2019 Rachmat Gobel. (Liputan6.com/Andrian Martinus Tunay)

Liputan6.com, Jakarta - Jepang menyambut baik permintaan Indonesia untuk membantu revitalisasi industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) dan industri gula di Indonesia.

Menteri Perdagangan Rachmat Gobel menyampaikan hal itu ketika melakukan kunjungan kerja ke Tokyo, Jepang pada 4-5 Agustus 2015 untuk menindaklanjuti pertemuan Presiden Joko Widodo dan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe di Tokyo pada 23 Maret 2015.

"Pihak Jepang menyambut baik permintaan Indonesia untuk membantu revitalisasi industri TPT dan industri gula di Indonesia. Industri TPT merupakan sektor sangat penting sebagai penghasil devisa yang cukup besar dan penyedia lapangan pekerjaan di Indonesia. Revitalisasi itu tidak hanya untuk pembaharuan di bidang mesin pertekstilan dan gula, tetapi juga perlu didukung oleh pembiayaan uang murah," kata Rachmat, seperti dikutip dari keterangan yang diterbitkan, Minggu (9/8/2105).

Kunjungan kerja Menteri Perdagangan ke Jepang kali ini, selain untuk meningkatkan hubungan ekonomi dan perdagangan Indonesia-Jepang di masa akan datang juga untuk meningkatkan hubungan ekonomi dan perdagangan Indonesia-Jepang di masa akan datang, juga untuk mempercepat penyelesaian masalah-masalah kerja sama perdagangan yang masih tertunda.

Selain revitalisasi industri TPT dan gula, isu utama General Review Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA) akan dibahas pada pertemuan tingkat pejabat tinggi. Sementara itu, terkait implementasi 9.800 pos tarif yang disepakatai ASEAN pada ASEAN-Japan Comprehensive Economic Partnership (AJCEP), Indonesia meminta pengertian pihak Jepang untuk menyelesaikan sisa isu 185 pos tarif sesuai dengan metode yang disepakati kedua pihak.

Dalam kunjungannya di Tokyo, Rachmat melakukan pertemuan bilateral dengan Menteri Ekonomi, Perdagangan dan Industri Jepang Yoichi Miyazawa, Senior Managing Director, Japan Bank for International Cooperation (JBIC), Tadashi Maeda, Special Adviser to Prime Minister, Dr. Hiroto Izumi.

Selain itu juga Rachmat menemui Ketua Liga Parlemen Indonesia-Jepang, Toshihiro Nikai, Presiden of Japan Indonesia Association (Japinda), Yasuo Fukuda, Japan External Trade Organization (Jetro) Chairman and CEO, Hiroyuki Ishige, Senior Vice President Japan International Cooperation Agency, Hideaki Domichi, dan Director-General of International Cooperation Bureau of The Ministry of Foreign Affairs of Japan, Kimihiro Ishikane.

Rachmat dan Menteri METI Yoichi Miyazawa juga membahas perkembangan perundingan RCEP, TPP, dan Doha Development Agenda (DDA)-WTO. Indonesia dan Jepang diharapkan dapat memajukan perundingan yang akan dibahas pada Pertemuan Menteri WTO ke-10 di Kenya, Desember 2015.

Tak hanya itu, Jepang juga menyampaikan penawaran proyek kereta super cepat Jakarta-Bandung. "Jepang menyatakan sangat berminat untuk melaksanakan proyek Shinkansen dan telah membuat feasibility study dengan menawarkan pembiayaan murah yang diiringi dengan pengembangan SDM, pengadaan barang sebagian dari Indonesia, serta alih teknologi bagi Indonesia," ujar Rachmat.

Rachmat juga berkesempatan langsung mengunjungi Japan Transport Engineering Company untuk melihat proses pembuatan Shinkansen. Pabrik itu ternyata mempekerjakan 17 tenaga muda untuk membangun Shinkansen seri terbaru.

Ada pun total perdagangan Indonesia dan Jepang mencapai US$ 40,1 miliar pada 2014 yang terdiri atas nilai ekspor US$ 23,1 miliar dan impor US$ 17 miliar.

Total perdagangan pada periode Januari-Maret 2015 mencapai US$ 8,9 miliar atau turun 13,57 persen dibandingkan dengan periode sama tahun 2014 sebesar US$ 10,3 miliar. Perdagangan kedua negara dalam lima tahun terakhir turun sebesar rata-rata 2,57 persen. (Nrm/Ahm)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya