Perjalanan Menemui Wajah Lain G-Dragon hingga Seni Korea Kuno

Perjalanan Liputan6.com melihat pameran seni kuno dan kontemporer di Korea.

oleh Bio In God Bless diperbarui 10 Agu 2015, 08:35 WIB
Peace Minus One Exhibition

Liputan6.com, Jakarta Dunia jelas menyadari bahwa Samsung begitu berhasil menaikkan posisinya di kancah teknologi peradaban manusia. Citra produk keluaran Korea Selatan kini mampu bersaing dengan gambaran produk Jepang yang sudah lebih dahulu mapan.

Akan tetapi segala peralatan canggih itu pada akhirnya adalah `milik bersama` umat manusia. Memang nama negara beribukota Seoul itu juga terangkat dengan kemajuan kualitas produk-produk teknologinya. Namun adalah K-pop yang menjadi referensi kultural yang kuat akan identitas Korea era ini. Realita tersebut adalah media pengenalan terhadap diri Negri Ginseng di abad 21.

Dan ketika berbicara tentang K-pop sebagai fenomena global, yang tampak sudah setara berkompetisi dengan kebudayaan modern dari negara-negara tetangga seperti Jepang dan Tiongkok, nama Big Bang tak bisa ditinggalkan. Boy Band beranggotakan 5 personil yang memulai debutnya pada tahun 2006 ini baru saja mengguncang Indonesia lewat konser MADE, 1 Agustus 2015.

Ketika besarnya cahaya K-pop amat menggiring masyarakat dalam memformulasikan Korea sebagai figur hip hop Asia dengan segala kerlap kerlip koreografi dan warna-warni yang menjadi kekhasannya, Liputan6.com mendapat kesempatan melalui program Samsung SEA-Korea Tour untuk menengok sisi lain dari kebudayaan kontemporer Korea di Seoul Museum of Art. Ini pun masih punya sedikit kaitan dengan K-pop, yakni dengan pentolan Big Bang, G-Dragon.

Peace Minus One Exhibition

Sebuah ruang sangat gelap diisi oleh beberapa papan kaca. Beberapa kali sosok G-Dragon hilang timbul di sana. Yang lebih sering muncul adalah suara dari sang bintang. Ini adalah bagian final dari pameran seni berjudul `PEACEMINUSONE: Beyond the Stage` hasil kolaborasi G-Dragon dan 12 seniman,yang berasal dari Korea maupun mancanegara.

Karya kontemporer bernuansa dark dengan nama `Room No.8` dari Silo Lab itu sangat paradoks dengan bagian awal pameran yang diisi oleh `(Non) Fiction Museum` buatan seniman Fabrikr dimana semarak panggung sang idola musik Korea begitu terasa. Kubus-kubus besar yang ditata asimetris dengan foto-foto gaya seleb dari G-Dragon menjadi salah satu bagiannya.

Peace Minus One Exhibition

Apakah dengan hal itu penyayi bernama asli Kwon Ji Yong tersebut mau menyatakan bahwa pada akhirnya, melampaui gemerlap pentas hiburan yang tampak begitu ideal sesungguhnya ada satu bagian minus serta suram yang tak terpisahkan? Apapun interpretasi pengunjung atas pameran yang dihelat pada 9 Juni – 23 Agustus 2015 ini, hal yang pasti terlihat di sana adalah bagaimana pop art dalam produk seni kontemporer menjadi profil lain dari wajah Korea sekarang, khususnya terkait K-pop.

Pameran itu memperlihatkan ekstrak kultur K-pop dalam bungkus artistik yang lebih reflektif dan kontemplatif. Jika ingin melihat kontemporaritas lain dari lansekap kesenian Korea, Anda juga bisa mengunjungi beberapa pameran yang sedang digelar di museum itu. Bicara soal Korea dan seni, jangan Anda kira bahwa jejak seni dari negri bermata uang Won itu baru dihasilkan semenjak gelombang boyband dan girlband K-pop mencuat.

Beranjaklah ke Leeum Samsung Museum of Art. Tempat yang dibuka pada tahun 2004 ini terdiri dari 3 bangunan utama, yakni 2 gedung museum dan Samsung Child Education & Culture Center. Pada 2 Juli – 13 September 2015 di gedung museum 1 diselenggarakan ekhibisi bertajuk `Exquisite and Precioius: The Splendor of Korean Art`.

Leeum Samsung Museum of Art

Terbagi dalam 3 bagian, pameran ini mengekspos desain benda-benda Korea masa lalu, mulai dari masa prasejarah. Bagian pertama mengetengahkan motif-motif yang dibuat dengan berbagai macam teknik. Eksplorasi bentuk patung buatan tangan seniman Korea masa lampau dihadirkan di bagian ke-2. Yang terakhir menunjukkan kreativitas melalui seni kuas atau lukisan.

Karya-karya yang dipamerkan bukan hanya koleksi dari museum ini tapi juga dari museum-museum lain di seluruh dunia. Ikat pinggang logam dari masa Dinasti Goryeo abad 12-13, priring porselin klasik warna biru-putih dari abad 15, patung-patung Buddha dan Bodhisattva, dan segala benda yang dipamerkan dijelaskan dalam sebuah alat audio-guide yang diperuntukkan bagi masing-masing pengunjung.

Leeum Samsung Museum of Art

Melalui eksibisi ini terlihat bagaimana budaya Korea kuno mendapat pengaruh dari saudara tua Tiongkok, baik dalam hal teknik seni maupun masuknya ajaran Buddha, yang kemudian berkembang hingga mendapat sentuhan tersendiri dari seniman-seniman Korea masa itu. Di sini dapat diketahui pula perkembangan jenis objek lukis.

Lansekap alam di dunia seni Korea ternyata dapat dilacak hingga ke abad 7, sebagaimana tampak pada sebuah tegel di pameran ini. Sebuah lukisan 2 ekor kucing yang saling berhadapan karya seniman Byeon Sang-Byeok dimasa Dinasti Joseon abad 18 meunjukkan tren gambar hewan ataupun figur yang muncul pada masa itu.

Leeum Samsung Museum of Art

Satu karya yang cukup spektakuler mempertimbangkan panjangnya yang mencapai 11 meter adalah lukisan berformat lipat dari periode Dinasti Josen abad 19. Karya di atas sutra ini menampilkan prosesi perjalanan Raja dan Ratu di luar istana dengan iring-iringan kuda serta prajurit.

Semua ini mungkin belum begitu familiar jika dibandingkan dengan seni-seni kuno dari Tiongkok ataupun Jepang. Seiring dengan bertambahnya perhatian atas Korea, hal tersebut adalah sebuah keniscayaan yang hanya tinggal menghitung waktu. Akan tetapi hal yang lebih menarik untuk dikira-kira adalah soal bagaimana dunia seni di Korea mampu mengolah kekayaan sejarah artistiknya dengan kemajuan estetika kontemporer di masa kejayaan G-Dragon dalam fenomena K-pop.

(bio/igw)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya