Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) berharap ada revisi Peraturan Presiden tentang penugasan pengadaan mesin pengubah konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) ke Bahan Bakar Gas (BBG) (konverter kit). Dengan ada revisi aturan diharapkan Kementerian ESDM dapat cepat melaksanakan program konversi BBM ke BBG.
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM, I Gusti Nyoman Wiratmaja mengatakan saat ini dalam Peraturan Presiden menugaskan Kementerian Perindustrian dalam pengadaan konverter kit. Jika Peraturan tersebut diubah maka Kementerian ESDM bisa dilibatkan.
Advertisement
"Ada proses dominan Kementerian Perindustrian. Kami usulkan Perpres direvisi agar Kementerian ESDM juga melakukan," kata Wiratmaja, seperti yang dikutip Senin, di Jakarta (10/8/2015).
Wiratmaja menilai, Jika Kementerian ESDM dilibatkan, maka akan lebih banyak konverter kit yang dibagikan dan akan lebih cepat program konversi BBM ke BBG berjalan. Pemerintah berencana membagikan 2 ribu konverter kit pada 2015.
"Gas sudah disediakan, sisi kendaraan yang menggunakan, 2 ribu konverter kit dibagikan, karena kami takut tidak tercapai harusnya 10 ribu jadi 2 ribu," tutur Wiratmaja.
Pemerintah menyiapkan dana Rp 1,9 triliun untuk membangun infrastruktur Bahan Bakar Gas (BBG) pada 2015. Untuk membangun 22 Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBG), enam kendaraan angkut gas dan pipa distribusi terkait. Saat ini lelang pengadaannya sedang berjalan.
Wiratmaja menambahkan, pembangunan fasilitas tersebut difokuskan di Jakarta, Bogor Tangerang Depok (Jabodetabek) dan Semarang, Jawa Tengah. Untuk di Jakarta pembangunan SPBG dikonsentrasikan pada jalur Trans Jakarta.
"Akan mengcover semua jalur Trans Jakarta, di mana ada Trans Jakarta dan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBG), juga titik lebih merata. Akhir tahun ini kami secara masif menginformasikan ke masyarakat lokasi SPBG," papar Wiratmaja.
Menurut Wiratmaja, sasaran BBG transportasi adalah masyarakat kelas menengah ke bawah. Lantaran harga BBG jauh lebih murah ketimbang BBM. Sedangkan BBM diarahkan untuk orang kaya.
"Nanti tidak ganti semua, orang kaya cenderung pakai BBM ini tidak menggantikan semua, orang berada pakai BBM, orang menengah jadi sasaran pakai BBG ini lebih irit lebih bersih," ujar Wiratmaja. (Pew/Ahm)