Liputan6.com, Jakarta - Defisit pasokan listrik di sejumlah wilayah Indonesia menjadikan pemerintah terus mendorong peningkatan penggunaan sumber energi baru terbarukan. Salah satu yang saat ini diwacanakan adalah penggunaan nuklir sebagai pembangkit listrik.
Direktur Jendral Energi Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM Rida Mulyana mengungkapkan meski pengembangan nuklir sebagai sumber energi masih dalam tahap perencanaan jangka panjang, namun saat ini sudah banyak negara yang menawarkan untuk bekerjasama dalam pengembangan PLTN.
Advertisement
"Banyak yang sudah menawarkan, yang paling agresif negara yang datang ke kita itu Rusia," kata Rida saat ditemui di Kementerian Perindustrian, Jakarta, Senin (10/8/2015).
Dijelaskan Rida, Rusia telah menawarkan paket pengembangan nuklir menjadi pembangkit listrik mulai dari pendidikan sumber daya manusia, cara pengelolaan, perawatan hingga pengelolaan limbah yang ramah lingkungan.
Selain Rusia, Iran juga menjadi negara kedua yang menyatakan minat untuk menjadi mitra Indonesia dalam mengembangkan nuklir. Namun untuk Iran, masih dalam tahap pembicaraan secara lisan. "Kalau Iran masih dalam taraf ngobrol-ngobrol biasa saja, belum yang signing-signing begitu," tegas dia.
Seperti diketahui, isu mengenai nuklir ini kembali mencuat setelah adanya rencana Malaysia untuk membangun PLTN di perbatasan Malaysia-Indonesia yang berada di Pulau Kalimantan.
Menurut Rida, dibandingkan dengan beberapa negara di Asean, Indonesia memang sedikit tertinggal dalam hal pengembangan nuklir sebagai sumber energi. Selama Ini pengembangan nuklir indonesia masih dalam tahap penelitian dan produksinya juga digunakan untuk hal kesehatan.
Untuk itu, saat ini pihaknya lebih menyerahkan isu mengenai pentingnya pembangunan PLTN ini di masyarakat mengingat saat ini pemerintah masih terfokus dalam memaksimalkan penggunaan energi ramah lingkungan, seperti panas bumi, angin, gas alam, dan lain sebagainya. (Yas/Nrm)