Liputan6.com, Jakarta - Otoritas pasar modal menanti realisasi janji pemerintah Joko Widodo (Jokowi) untuk membangun infrastruktur. Hal itu berkaitan dengan penyerapan anggaran pemerintah. Dengan realisasi penyerapan anggaran besar untuk infrastruktur diharapkan berdampak ganda bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hal ini juga akan berdampak terhadap kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Direktur Utama BEI, Tito Sulistio mengungkapkan otoritas bursa masih menunggu realisasi laporan keuangan seluruh emiten sepanjang semester I 2015 dan pengeluaran pemerintah di semester II untuk mendorong pertumbuhan IHSG.
Advertisement
"Kami tunggu pembuktian dari belanja pemerintah yang dijanjikan Pak Presiden terserap 93 persen sampai akhir tahun ini. Saya percaya dengan kata-kata beliau untuk membangun kepercayaan investor," ujar dia di Gedung BEI, Jakarta, Senin (10/8/2015).
Sementara itu, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Nurhaida mengatakan, pihaknya telah mengantisipasi perbaikan pasar modal Indonesia melalui stimulus saat kondisi bergejolak.
"Kita pun menunggu realisasi belanja pemerintah yang akan meroket di Oktober-November, sehingga perekonomian bisa lebih kuat dan kencang," tutur dia.
Sayang baik Tito maupun Nurhaida enggan memprediksi pencapaian IHSG sampai akhir tahun ini. "Kalau kita tahu dan mengerti levelnya, pasti sudah jadi orang yang paling kaya di dunia," jelas Tito.
Dari data IHSG, realisasi IHSG dan nilai kapitalisasi market pasar modal Indonesia terkoreksi cukup dalam di kawasan Regional.
Level IHSG masih belum menggembirakan karena per 7 Agustus 2015, IHSG terkoreksi 9,01 persen ke level 4.770,30 dari periode 2 Januari 5.242,77.
Sedangkan data OJK, realisasi IHSG hanya mampu bertengger di urutan 10 indeks bursa regional 2015. Kalah jauh dari Malaysia yang berada di posisi 7 dengan pertumbuhan negatif 4 persen, Thailand terkoreksi 4,48 persen, dan Singapura minus 5,16 persen.
Di posisi puncak ada indeks Nikkei Jepang yang mencetak pertumbuhan 18,76 persen. Disusul di urutan ke-2 ada indeks Shanghai China dengan catatan pertumbuhan 15,75 persen, Korea Selatan 4,35 persen di peringkat 3.
Sementara indeks Filipina ada di nomor 4 dengan torehan pertumbuhan 4,18 persen, serta di urutan 5 dan 6 masing-masing indeks Hong Kong dan Australia dengan level pertumbuhan 2,91 persen dan 1,06 persen. (Fik/Ahm)