Perang Topat, Tradisi Minta Hujan Warga Lombok

Kata muja balit muleh kaya merupakan bahasa tetua sasak yang dalam bahasa Indonesia berarti mengembalikan hasil.

oleh Liputan6 diperbarui 11 Agu 2015, 10:41 WIB
(Liputan 6 TV)

Liputan6.com, Mataram - Menyikapi musim kemarau yang melanda hampir seluruh wilayah di Indonesia, banyak cara dilakukan warga untuk memohon turunnya hujan. Salah satunya seperti yang dilakukan warga Dusun Lenek, Desa Bentek, Kecamatan Gangga, Kabupaten Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat, yaitu menggelar prosesi ritual muja balit muleh kaya atau perang topat.

Muja balit muleh kaya merupakan bahasa tetua Sasak yang dalam bahasa Indonesia berarti mengembalikan hasil. Sebagian berkah hasil lahan pertanian kepada sang pencipta dikembalikan sebagai ungkapan syukur sekaligus meminta berkah kesuburan.

Seperti ditayangkan Liputan 6 Pagi SCTV, Selasa (11/8/2015), prosesi muja balit diawali dengan tarian para tetua desa mengelilingi sebuah tugu yang di atasnya telah dikumpulkan aneka sesembahan berupa makanan berupa kue, lauk pauk termasuk ketupat. 

Usai menari diiringi alunan gamelan khas suku Sasak pedalaman, pemangku adat kemudian menurunkan sesajian dari atas bangunan dan membagi-bagikanseluruh sesajian kepada seluruh warga yang hadir untuk dinikmati atau dibawa pulang.

Sebagai rangkaian akhir dari upacara muja balit, prosesi perang topat pun dimulai. Puluhan pemuda desa yang membawa tameng anyaman bambu di tangan membagi diri menjadi dua kubu dan langsung saling serang dengan menggunakan ketupat.

Bagi warga Dusun Lenek, Desa Bentek, ritual perang topat ini merupakan salah satu cara mereka untuk meminta hujan dan agar lahan pertanian yang mereka garap terbebas dari puso dan senantiasa diberikan kesuburan di musim kemarau. (Mar/Yus)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya